FILM SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA

Posted by joko yulianto Selasa, 17 Januari 2012 0 komentar

FILM SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA
Abstrak
Media pembelajaran adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu kepada orang lain, yang dimaksud film sebagai media pembelajaran bahasa adalah film dimanfaatkan untuk menyanpaikan pesan-pesan bahasa tertentu agar orang yang melihat film tersebut bisa bertambah ilmunya, terutama pengetahuan-penegtahuan baru dan bertambahnya kosakata baru. Didalam artikel ini juga dijelaskan tentang pengertian media pembelajaran, ciri-ciri film yang cocok untuk digunakan sebagai media pembelajaran bahasa serta pemanfaatan media massa untuk belajar bahasa.
Pendahuluan
Sebelum membahas tentang film sebagai media pembelajaran ini, penulis makalah ini ingin menceritakan dasar dari pemikirannya. Sebelum membuat judul ini, penulis sering melihat fideo/film motivasi, dan ketika melihat film tersebut semangat penulis meningkat derastis, Ketika penulis menonton film edukasi yang ada di saluran TV lokan “bone tv” yang ada dibojonegoro dan dianggap seru serta dinilai cocok untuk belajar secara masal maka penulis berfikir dan berandai-andai “bagaimana jika proses menjelaskan materi pelajaran di seluruh kelas dari tingkat SD sampai SMA dilakukan dengan melihat fideo/film yang diperankan oleh seorang artis yang sangat berpengalaman dan di setting oleh seorang prosuser ulung seperti dedy mizward yang mampu menciptakan film yang berkualitas dan guru bertugas untuk memberikan penjelasan dan tambahan materi yang dirasa kurang”, maka dengan cara seperti itu akan meningkatkan pemahaman anak didik. Jika materi pelajaran, RPP, guru yang mengajar”dari video”yang sama seluruh Indonesia maka tidak menutup kemungkinan ujian teori yang di UNASkan lebih dapat diterima. Dari cara berfikir seperti itulah penulis membuat judul makalah “Film Sebagai Media Pembelajaran”.
Pengertian Media Pembelajaran
Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan (Bovee, 1997). Media merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang berasal dari bahasa latin yang berarti “antara”. Istilah media dapat kita artikan sebagai segala sesuatu yang menjadi perantara atau penyampai informasi dari pengirim pesan kepada penerima pesan.
Berbicara mengenai media tentunya kita akan mempunyai cakupan yang sangat luas, oleh karena itu saat ini masalah media kita batasi kearah yang relevan dengan masalah pembelajaran saja  atau yang dikenal sebagai media pembelajaran. Briggs menyebutkan bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Sementara itu Schramm berpendapat bahwa media merupakan teknologi pembawa informasi atau pesan instruksional yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar dan dibaca. Dengan demikian media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran. 
Pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar dan bahan ajar. Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana penyampai pesan atau media. Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi pembelajaran yang ada dalam kurikulum yang dituangkan oleh pengajar atau fasilitator atau sumber lain ke dalam simbol-simbol komunikasi, baik simbol verbal  maupun simbol non verbal atau visual.
Penggunaan media dalam pembelajaran dapat membantu anak dalam memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa. Penggunaan media dalam pembelajaran dapat mempermudah siswa dalam memahami sesuatu yang abstrak menjadi lebih konkrit. Hal ini sesuai dengan pendapat Jerome S Bruner bahwa siswa belajar melalui tiga tahapan yaitu enaktif, ikonik, dan simbolik. Tahap  enaktif yaitu tahap dimana siswa belajar dengan memanipulasi benda-benda konkrit. Tahap ikonik yaitu suatu tahap dimana siswa belajar dengan menggunakan gambar atau videotapes. Sementara tahap simbolik yaitu tahap dimana siswa belajar dengan menggunakan simbol-simbol.
Audio Visual sebagai Media Pembelajaran Rohani (dalam Harmawan, 2007) mengemukakan bahwa, media audio visual adalah media instruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi) meliputi media yang dapat dilihat dan didengar). Sedangkan menurut Winataputra ( 2002 : 5 ), audio visual merupakan kombinasi audio dan visual. Penyajian materi atau bahan ajar akan lebih optimal dengan menggunakan media ini. Media audio visual adalah media yang dapat dilihat dan dapat didengar dan dapat sebagai bahan diskusi.
Film Dalam Pembelajaran Bahasa
Guru memerankan sebuah peranan inti di dalam kesuksesan atau kegagalan pada setiap penggunaan  film di dalam proses belajar mengajar kelas bahasa. Hal ini dikarenakan guru yang memilki film,  yang berkenaan dengan materi yang ingin disampaikan dengan kebutuha-kebutuhan visual dan menggabungkan video dengan kurikulum dengan area kurikulum bahasa yang lain. Kesempatan-kesempatan yang dimiliki oleh film memiliki peluang dalam mencapai tujuan yang penting untuk memotivasi minat siswa yang menyiapkan praktik listening yang realistis, menstimulasi penggunaan bahasa, dan meningkatkan kesadaran siswa pada point-point bahasa tertentu atau aspek-aspek komunikasi lain yang bisa dikembangkan atau diturunkan dengan cara guru memperkenalkan film dan aktifitas-aktiitas yang lain dan mencari film yang berkaitan dengan pembelajaran. Film menjadi potensial dan diterima dalam pembelajaran bahasa jika bisa digunakan sebagai bagian integral dalam pembelajaran. Jika anda merencanakan untuk menggunakan film sebagai suplemen materi, pastikan urutannya harus mencangkup semua tujuan pelajaran anda. Salah satu cara melakukannya adalah memperkenalkan atau memperluas tema atau topik yang sudah menjadi bagian dari kurikulum atau sama dengan buku materi siswa.
Dalam proses belajar mengajar kita mengenal banyak alat yang dapat dipakai oleh seorang guru misalnya saja LCD, TV, Radio, tape recorder dan lain sbagainya. Disini penulis membagi film untuk kepentingan belajar mengajar menjadi beberapa bagian berdasarkan kemampuan audio visual. Media audio visual dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu:
1) Slide Suara
Slide suara adalah pengembangan dari slide biasa yang belum menggunakan suara kemudian digabungkan dengan audio yang berhubungan dengan temanya. Slide suara biasanya berupa power point yang berisi materi pembelajaran disertai dengan suara.
2) Film Nyata
Film nyata menggambarkan kejadian tertentu secara lebih hidup, karena diperagakan langsung oleh manusia atau makhluk hidup lainnya dan ditampilkan apa adanya sesuai dengan alur cerita. Film nyata dapat berupa film dokumenter, sinetron, radio vision dan sebagainya.
3)  Film Tidak Nyata(fiksi)
Secara umum, film tidak nyata juga menggambarkan kejadian tertentu dengan disertai alur cerita. Namun, film tidak nyata termasuk film ringan dan cenderung menghibur. Film kartun dan animasi merupakan film tidak nyata, karena dalam penggambaran cerita tidak diperagakan langsung oleh makhluk hidup, dan ceritanya tentang animasi, angan-angan manusia.
Film sebagai media pembelajaran Dalam pembelajaran, penggunaan media film bukan media yang utama melainkan hanya sebagai selingan  saja , sebagai penambah motivasi belajar dan memberikan suasana  baru dalam kegiatan belajar. Tidak semua film layak dijadikan sebagai media pembelajaran, maka kita atau pun guru sudah seharusnya melakukan proses seleksi terlebih dahulu mana film yang relevan dan layak dijadikan mediapembelajaran. Banyak situs di internet yang menyediakan materi maupun media yang khusus digunakan dalam pembelajaran bahasa Mandarin secara gratis. Dengan memafaatkan situs – situs tersebut, maka pengajar dapat memperoleh film yang layak untuk digunakan dalam mengajar. Film mampu mempercepat pemahaman siswa dalam belajar, sehingga belajar menjadi lebih efekif.
Kita mengenal banyak film mulai dari filem kuntil anak, pocong, film sinetron, film exsen, filem remaja dan film edukasi maupun filem berdurasi pendek. Adapun ciri – ciri film yang layak digunakan dalam pembelajaran bahasa adalah :
1)  Durasi waktu yang singkat.
2)  Kosakata yang tidak sulit atau dapat digunakan dalam percakapan sehari – hari.
3)  Pelafalan tokoh yang tidak terlalu cepat.
4)  Memiliki pesan moral yang baik.
Dengan penggunaan film yang berkualitas, diharapkan mampu meningkatkan  efisiensi, meningkatkan motivasi, memfasilitasi belajar aktif, memfasilitasi belajar eksperimental, konsisten dengan belajar berpusat pada siswa, dan memandu untuk belajar lebih baik serta mempercepat pemahaman dan membantu siswa untuk mengingat kosakata bahasa.

Televisi Sebagai Media Pembelajaran
Media massa cetak maupun elektronik setiap hari, setiap saat di dengar, dilihat dan dibaca oleh masyarakat Indonesia. Oleh karena itu media massa memiliki fungsi strategis dalam upaya pembinaan bahasa. Media massa, baik itu media cetak maupun media elektronik memiliki jangkauan yang sangat luas. Negara kita wilayahnya luas sekali dan juga memiliki ribuan pulau, hal ini tentunya membutuhkan alat komunikasi yang dapat menjangkau semua wilayah itu. Masyarakat yang tersebar luas itu pasti memiliki minat yang berbeda-beda dalam hal mengakses informasi. Ada orang yang lebih snang menonton TV, ada yang lebih suka mendengarkan radio dan banyak juga yang suka membaca surat kabar, terutamanya kalangan menegah keatas. Dengan demikian masyarakat Indonesia yag tersebar luas dari sabang sampai merauke, dari jawa sampai Kalimantan merupakan konsumen media massa. Tentu hal semacam ini bisa dimanfaatkan dan dijadikan sebagai alat pembelajaran.
Siaran media masa yang semakin maju mulai dari media cetak sampai ke media elektronik memiliki pengaruh yang sangat besarbagi kemajuan bangsa serta dapat mempengaruhi karakter dan sikap masyarakat Indonesia. Dari segi positif media dapat:
1.      Memberikan informasi tentang berbagai peristiwa dan situasi baik dalam negri maupun luar negri.
2.      Menyebarkan ilmu pengetahuan, mendoktrin secara tidak langsung.
3.      Berperan untuk membimbing masyarakat(contoh tips memelihara esehatan, trik dan tip berbisnis dan tips bercocok tanam yang baik) dan yang terahir
4.      Sebagai sarana hiburan.
Dalam fungsinya sebagai media pendidikan, media massa berkewajiban memasyarakatkan bahasa Indonesia dan bahasa Daerah. Media harus menjadi teladan dan pelopor dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Oleh karena itu menempatkan media massa sebagai alat untuk membina dan menjaga bahasa Indonesia adalah suatu hal yang tepat. Jika bahasa Indonesia yang digunakan adalah bahasa Indonesia yang benar, ini berarti secara tidak langsung masyarakat telah diarahkan untuk mengunakan bahasa yang benar pula.
Kesimpulan
Film sebagai media pembelajaraan sangat perlu diterapkan karena selain mempermudah proses belajar mengajar, filem juga bisa menjadi standart kualitas untuk memberikan materi dan pada ahirnya nanti akan meningkatkan pemahaman siswa. Film juga ada keuntungan lebih dibandingkan guru yaitu bisa diputar berulang-ulang. Jika seorang siswa di jelaskan tentang BAB tertentu dengan filem/video satu kali hanya faham 20% maka film tersebut bisa diputar kembali dirumah lima sampai sepuluh kali maka dipastikan pemahaman sisiwa akan bertambah beberapa kali lipat.
Daftar pustaka
Badudu, J.s. 1985. Cakrawala Bahasa Indonesia. PT gramedia, Jakarta.
Ibrahim,Idi subandy. 2007.kecerdasan komunikasi seni berkomunikasi kepada publik. Simbiosa Rekatama Media, Bandung.
Made Pidarta,1997. Landasan kependidikan “stimulus ilmu pendidikan bercorak Indonesia” PT RINEKA CIPTA, Jakarta.
Jack C. Richards dan willy A. Renandya.2002. Methodology in language teaching.
pendidikan.infogue.com/ketidakseragaman_istilah_di_media_massa_merusak_bahasa_indonesia
Susilo sumowijoyo,gatot.2001. Pos Jaga Bahasa Indonesia. Unipres UNESA, Surabaya
http://izaskia.files.wordpress.com/2010/03/pengenalan-media-pembelajaran.pdf

Intensitas Kemunculan Bahasa Kias dalam Penulisan Catatan pada Jejaring Sosial Facebook

Posted by joko yulianto Minggu, 08 Januari 2012 0 komentar
Intensitas Kemunculan Bahasa Kias
dalam Penulisan Catatan pada Jejaring Sosial Facebook


Dewasa ini perkembangan teknologi di dunia sangat luar biasa maju, apalagi di bidang tenik telekomunikasi, dalam terkininya kemajuan teknologi ini memiliki sistem yang sangat canggih. Misalnya dalam hal yang berkaitan dengan pencarian informasi atau pemberian informasi. Penggunaan kecanggihan dan fasilitas-fasilitas yang diberikandunia maya bahasa kerennya Internet. Internet yang bisa kita kenal adalah sebuah sitem tang komplek dan hampir tidak ada kekurangan dan mampu menyediakan segala ilmu pengetahuan yang dibutuhkan manusia, karena di dalam internet tersedia situs-situs yang menyediakan segala informasi seperti Google, Yahoo, Bing, dan lain-lain. Kita ambil saja satu, Google, hampir dari semua penghuni bumi mengenal situs ini, dan kebanyakan orang di Indonesia mengidolakannya. Sebut saja “mbah google”, hehe,,.
Berbicara mengenai internet selain terdapat situs besar seperti yang telah disebutkan di atas, ada juga jejaring sosial yang memberikan sentuhan baru dan lebih mudah di cerna pengaturannya. Jejaring sosial yang sudah berkembang di Indonesia di masa sekarang ini sangat banyak sekali. Seperti jejaring Facebook, Twitter, Hasser, dan lain-lain.
Facebook, nama ini bak jamur yang sudah mengakar dan beranak-pinak di lingkungan remaja di Indonesia, namun di waktu sekarang ini facebook tak lagi menjadi konsumsi anak muda melainkan sudah menjamur ke semua umur. Bahkan anak-anak setingkat sekolah dasarpun sudah sangat mengenal facebook. Dan tak jarang anak remaja atau pun orang dewasa kalah akan pengetahuan mereka mengenai facebook ketimbang anak yang setingkat sekolah dasar tersebut.
Pengetahuan-pengetahuan tersebut bisa di bilang penggunaan fasilitas-fasilitas yang di berikan facebook, seperti catatan, koment, penulisan status, dan isian profil, dan dan lain-lain.
Internet sebagai pangungkapan kemampuan berbahasa, benarkah statement tersebut, statement tersebut akan dibukti bila kita mengungkap sebuah salah satu fasilitas yang sudah disediakan oleh situs facebook. Misalnya status atau penulisan catatan. Dalam penulisan status terdapat pembatasan jumlah kata jadi kemampuan berbahasa siswa kurang optimal. Namun itu sudah bisa dikatakan bahwa kemampuan bahasa dapat diungkapkan melalui internet.
Kemampuan menulis, berbicara mengenai kemampuan berbahasa yang satu ini bila dikaitkan dengan jejaring FB (facebook). Maka akan sangat terlihat di fasilitas pembuatan catatan. Dalam sebuah catatan di FB, sebut saja catatan Dimesees van Houten “Sejawat Semasa” (04-09-2011) karya A RadiaCe Afarahah  
(teman sesama pengguna facebook), terdapat banyak kata-kata yang memiliki makana yang sangat dalam dan memiliki makna kias. Dalam catatan tersebut terdapat beberapa kata atau kalimat yang merupakan sebuah kiasan yang harus diungkap agar isisnya singkron terhadap hidupnya ataupun yang sedang dialaminya dalam kehidupan di sekelilingnya.
Dengan adanya catatan sejawat semasa ini secara tidak langsung membuktikan bahwa seorang dimesees van houten memiliki kemampuan berbahasa menulis, dan dalam kaitannya yaitu menulis kata-kata kiasan atau perumpamaan. Dan biasanya setiap perumpamaan kata tersebut terdapat konjungsi pembanding atau penyetara. Namun adanya juga yang tidak menggunakan konjungsi penyetara dan kode pembanding tersebut. Seperti dan, atau, jika, dan lain-lain.
Bahasa kias dalam bahasa-bahasa  indonesia,  seperti bahasa-bahasa majas, perumpamaan-perumpamaan memang memang sangat luar biasa indah. Namun dalam penilaian akan ketinggian makna atau kedalam makna yang di kiaskan dalam kata tersebut sangat hubungannya dengan ilmu semantik dan pragmatik. Menurut keraf (2007:136) bahasa kiasan pertama-tama di buat karena adanya persamaan dan perbedaan, misalnya benda satu dengan benda yang lain atau sifat yang satu dengan sifat yang lain ataupun sifat dilambangkan dengan benda atau sebaliknya.
Intensitas kemunculan bahasa kias yang terdapat dalam catatan sejawat semasa karya dimesees ini memiliki intensitas yang cukup sering karena hampir dari semua kata yang terdapat dalam catatan tersebut merupakan bahasa kias.
Misalnya, dari judulnya pun kita sudah bisa di katakan sebuah kiasan yakni:
           
            Sejawat semasa
           
Dalam makna kiasnya kata sejawat semasa. Kata sejawat jika dikembalikan ke makna bahasa kias berarti teman yang seumuran dan sudah memiliki arti yang bagus. Namun, dibandingkan lagi dengan adanya kata semasa yang memiliki arti dalam satu masa, dalam  kaitan  dengan  kehidupan, kata sejawat semasa dikiaskan sebagai teman yang seumuran dan teman yang hidup dalam satu masa. Jadi kata sejawat merupakan kiasan atau perumpamaan dari kata semasa. Meski dengan  catatan  kedua  kata  tersebut tidak di pisah dengan konjungsi pembanding, atau penyetara.

Bila hati tlah terluka
Selama itu pula
Kita berduka

Takkan ada lagi
Rasa tersisa meski
Mulut sampai berbusa

Dalam makna kiasnya yang merupakan sebuah perumpamaan dan perbandingan kalimat “bila hati teluka” di samakan artinya dengan kalimat “selama itu pula kita berduka” makan akan jelas sekali makna perumpamaannya, yakni bila hati terluka diumpamakan sebagai selama itu pula kita berduka. Artinya, selama hati kita telah terluka selama itu pula hati kita berduka. Jadi kalimat bila hati tlah terluka diumpakan atau merupakan kiasan dari selama itu pula kita terluka.
Frase kedua terdapat makna kias namun memiliki konjungsi persyaratan yaitu meski. Dalam frase takkan ada lagi rasa tersisa memiliki perwakilan makna tak ada lagi maaf lagi untukmu dan di bandingkan dengan frase sampai mulut berbusa dan di konjungsikan dengan kata meski maka keduanya frase tersebut adalah sebuah kata perumpamaan persyaratan. Karena kedua frase tersebut memiliki arti yang menunjukan sebuah persyaratan, yaitu meski kamu meminta maaf kepadaku sampai mulutmu berbusa aku tetap tidak akan memaafkanmu.
Kata meski sampai mulut berbusa merupakan sebuah kata kiasan karena sudah mengkiaskan makna lain yakni meskipun kamu meminta maaf sampai mulutmu mengeluarkan busa atau sangat banyak mengucapkan maaf.
Kata “mulut berbusa” dalam catatan ini merupakan perumpamaan mengatakan kata maaf sebanyak-banyaknya terhadapku. Jadi pada bait pertama dalam catatan sejawat semasa karya dimesees ini adalah bahasa kias.

Aku masih tak bisa menyangka
Sejawat semasa bisa
Jadi tersangka

Tak hanya ular yg punya bisa
Namun hanya bertahan dengan satu masa

Bait kedua merupakan kiasan dari bait ketiga, dalam bait kedua terdapat kata sejawat semasa yang di samakan dengan tersangka dan ular pada bait ketiga yang hanya bertahan dengan satu masa.
Dan ketika kita melihat dan membaca bait selanjutnya hingga pada bait terakhir maka akan sangat jelas penggunaan bahasa kiasan yang sangat tinggi, karena memiliki makna perumpamaan yang sangat mendalam dan menyimpan bnyak makna serta semakin banyak pembaca memiliki pengetahuan akan arti makna-makna perumpamaan maka akan semakin kaya juga mkna p[erumpamaan yang terkandung di dalam catatan yang berbentuk puisi ini.

Ku terluka
Dalam luka
Yang terluka
Lukaku terbuka
Lagi dalam luka

Yang terluka
Karena luka
Yang terluka
Akibat luka-luka
Sejawat semasa

Menurut peneliti puisi tersebut memilki makna kiasan yang luar biasa tinggi. Hal tersebut tergambar pada bait ke empat dan bait kelima yang memiliki makna perumpamaan layaknya hati yang sudah memiliki luka namun di dalam luka tersebut terdapat luka lama yang terluka lagi gara-gara ulah teman sejawat semasanya. Dan dalam kaitannya dengan bahasa kiasan pada bait ke tiga dan ke empat sangat mendalam dan sangat tinggi.

Sejawat semasa
Yang tak tahu
Arti lukakah
Kaki kau
Jika kakiku terluka

Sebenarnya kata-kata kiasan yang yang bisa melambangkan keseluruhan isi puisi tersebut terwakili oleh bait terakhir. Karena pada bait terakhir ini merupakan penjelasan singkat dari bait-bait sebelumnya. Seperti lukakah kaki kau jika kakiku luka, dalam kalimat ini membandingkan dan mengumpamakan apakah hatimu juga luka jika hatiku luka.
Selain catatan yang di analisis di atas masih banyak catatan-catatan lainnya, seperti puisi “aku kini” karya Novia Ayu Irma (26-11-2010) juga mengandung banyak bahasa kias seperti kata “hatiku beku”. Kata beku didalam puisi tersebut pengumpamakan keadaaan hati si penulis yang sedang sedih, terdiam, tak dapat dibenahi, dan lain-lain. Dan kata-kata seterusnya pun memiliki makna kiasan yang luar biasa. 
Dari analisis data di atas bisa di simpulkan bahwa  intensitas kemunculan bahasa kias di catatan facebook sangat mendominasi, bahkan bisa dibilang 80% kata yang terdapat di setiap catatan merupakan kata kiasan atau perumpamaan. Dengan  atau tanpa sadar, disini terbukti bahwa fasilitas catatan di jejaring sosial facebook dapat dijadikan sebuah sarana yang bermanfaat bagi perkembangan dan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa Indonesia, khususnya kemampuan  menulis, baik dari segi pemakaian bahasa baku, bahasa kiasan, penggunaan tanda baca, penyusunan alur cerita, penokhan setting, dan lain sebagainya.


Rujukan:
Keraf, Gorys, 2007. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama;

Bahasa Indonesia sebagai Identitas Bangsa Indonesia

Posted by joko yulianto 0 komentar


Bahasa Indonesia sebagai  Identitas Bangsa Indonesia
Oleh: joko yulianto
Email: jokoyulianto444@gmail.com
Abstrak
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi untuk Negara Indonesia, sebagai konsekwensi kalau bahasa Indonesia dijadikan bahasa resmi tentu setiap pertemuan resmi, surat-menyurat, dan seluruh buku yang dicetak untuk peroses belajar-mengajar harus memakai bahasa Indonesia yang baik dan benar. Setiap perubahan sosial pasti di dahului oleh peroses transformasi informasi dan transformasi informasi itu pasti mengunakan bahasa, baik itu bahasa ujar maupun bahasa tulis. Bahasa Indonesia mengajari kita tentang bagaimana kita menulis dengan benar, mengucap dengan benar, dan berbicara/ berpidato dengan baik. Sehingga pada ahirnya nanti bahasa Indonesia akan membentuk karakter tersendiri bagi anak didik.

Idetitas Bangsa Indonesia
Ernst Moritz Arndt mengatakan: "Tak ada elemen terluhur yang dimiliki suatu bangsa selain bahasa." Bahasa merupakan identitas sebuah bangsa. Kata 'identitas' berasal dari bahasa Latin 'idem' artinya 'yang sama'. Identitas tak lain dari ungkapan kesamaan yang menyatakan dan menentukan hidup seseorang di suatu kelompok tertentu yang bersifat sebagai  “pembeda antara kelompok satu dengan kelompok yang lainnya, pembeba antar bangsa dan suku”. 
Orang Perancis, Inggris atau Brasil memiliki kartu identitas (carte d`identite, identity card, carteira de identidade). Orang Jerman menyebut kartu pengenal dengan 'Ausweis' - kata 'weisen' (menunjukkan) atau 'wissend machen' (memberitahukan). Dari makna semantis istilah ini disimpulkan: Seorang Perancis misalnya pertama-tama melihat dirinya sendiri, sementara seorang Jerman menunjukkan dirinya kepada orang lain, kemudian dengan bantuan orang lain ia menyatakan dirinya sendiri.
Disini bahasa berfungsi untuk menguak perbedaan tataran pemahaman identitas. 
Lazimnya identitas merupakan suatu pemberian. Kita tidak bisa memilah-milah untuk menjadi orang Indonesia, orang rusia, orang eropa maupun orang afrika. Persoalan dimana kita dilahirkan itu adalah kehendak tuhan Yang Maha Esa. Kita tidak bisa memesan orangtua dan leluhur kita dari tokoh atau internet. Statement, pernyataan untuk meminta/menagih pengakuan akan identitas akan membuat kita terombang-ambing tanpa arah seperti sumbat botol di laut lepas. identitas suatu kelompok, Negara, suku hanya bisa di tunjukkan oleh masyarakatnya sendiri. Pengakuan ini juga merupakan pertarungan internal yang harus dilakukan setiap orang, lebih berat lagi oleh mereka yang leluhurnya berasal dari konteks budaya yang berbeda atau yang telah tercerabut dari akar budayanya sendiri.
 
Banyak anak adopsi di Eropa dari belahan dunia lain tidak lagi menyadari akarnya. Mereka mengalami krisis identitas dan mengais identitas tiruan terutama yang belakangan ini dipasarkan oleh falsafah identitas majemuk.
 
Termasuk dalam identitas selain pengakuan terhadap diri sendiri, kesadaran diri sebagai individu, insan tak terbagikan, juga afirmasi keanggotaan suatu kebersamaan atau bangsa. Kita mengidentifikasikan diri dengan bangsa kita; kita satu dengannya dan kembali menemukan diri dalam bangsa kita. Identifikasi merupakan fusi sadar setiap individu dalam suatu kebersamaan senasib atau seasal. Simbol-simbol identitas nasional seperti bendera merah-putih, Garuda Pancasila, Lagu Indonesia Raya, kesebelasan nasional, tim bulutangkis nasional, dan sebagainya membantu kita untuk mempererat dan menegaskan identitas bersama yang telah dimatangkan sejarah.
 Bagi bangsa Indonesia salah satu warisan historis dan hakiki untuk identitas bersama yakni bahasa Indonesia yang dicetuskan generasi pemuda 1928. Sumpah pemuda 1928 di tengah trik politik penjajah 'Divide et impera' (pecah-belah dan jajah!) merupakan 'blessing in disguise' (rahmat dalam ketidakpastian) bagi penghuni nusantara. 
Friedrich Schiller mengatakan: "Bahasa adalah cermin suatu bangsa. Jika kita bercermin, maka terpantul wajah kita - diri kita sendiri." Di hadapan bahasa sebagai cermin bangsa, kita merefleksikan pertanyaan ironis rekanku tadi. Forum formal-internasional mengizinkan seorang kepala negara atau pemerintahan berpidato dalam bahasa nasionalnya, terlepas dari kefasihannya berbahasa asing. Yang hendak ditonjolkan di sana adalah identitas nasional, bukan agama atau sukunya.
 
Selama ini cukup getol digunjingkan bahaya invasi bahasa Inggris sebagai pisau pergaulan internasional yang tak terelakkan. Dalam konteks ancaman terhadap eksistensi dan ketahanan bahasa Indonesia, ada juga bahaya lain: Rambatan bahasa Arab yang tak teredamkan lewat jalur saleh dan suci, yang begitu pongah menggeser bahasa Indonesia. Sayangnya, media massa sebagai forum pendidikan bangsa mempermudah ekspansi liar dimaksud. Sementara itu dewan bahasa nasional membisu karena takut terjerumus dalam isu agama yang sensitif. "Siapa yang tidak melawan, dia hidup tidak benar" - demikian slogan gerakan kebudayaan di Jerman 1968.
 
Momentum 80 tahun sumpah pemuda dengan salah satu klaim kesatuan bahasa yakni bahasa Indonesia, bukan sekadar ritus tahunan tanpa makna. Kesadaran mencintai dan menggunakan bahasa Indonesia merupakan bagian esensial dari identitas dan integritas nasional. Kita wajib merawat dan menyiangi taman bahasa nasional. Jika bahasa nasional perlahan-lahan digeser, maka kita berada di jalur penyangkalan jati diri dan keutuhan sebagai bangsa Indonesia. Kita ditagih untuk mengadakan tekad, kiat politik dan afirmasi kolektif terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional; semacam 'sumpah pemuda baru'. Inilah jawaban yang tepat atas warisan luhur generasi 1928.

Menjaga Identitas Bahasa Melalui Media Massa
            Media massa cetak maupun elektronik setiap hari, setiap saat di dengar, dilihat dan dibaca oleh masyarakat Indonesia. Umumnya setiap media massa mengunakan sarana bahasa Indonesia. Oleh karena itu media massa memiliki fungsi strategis dalam upaya pembinaan bahasa Indonesia.
Media massa, baik itu media cetak maupun media elektronik memiliki jangkauan yang sangat luas. Negara kita wilayahnya luas sekali dan juga memiliki ribuan pulau, hal ini tentunya membutuhkan alat komunikasi yang dapat menjangkau semua wilayah itu. Masyarakat yang tersebar luas itu pasti memiliki minat yang berbeda-beda dalam hal mengakses informasi. Ada orang yang lebih snang menonton TV, ada yang lebih suka mendengarkan radio dan banyak juga yang suka membaca surat kabar, terutamanya kalangan menegah keatas. Dengan demikian masyarakat Indonesia yag tersebar luas dari sabang sampai merauke, dari jawa sampai Kalimantan merupakan konsumen media massa.
Media massa selama ini dijadikan konsumsi sehari-hari oleh sebagin besar masyarakat Indonesia. Oleh karena itu menempatkan media massa sebagai alat untuk membina dan menjaga bahasa Indonesia adalah suatu hal yang tepat. Jika bahasa Indonesia yang digunakan adalah bahasa Indonesia yang benar, ini berarti secara tidak langsung masyarakat telah diarahkan untuk mengunakan bahasa yang benar pula. Bahasa yang digunakan dalam media massa sangat mempengaruhi kebiasaan berbahasa para pembaca media massa tersebut. Jika bahasa Indonesia yang digunakan dalam media massa itu tidak sesuai dengan kaidah bahasa, maka hal ini akan merusak penggunaan bahasa Indonesia.

Menjaga Idntitas Bahasa melalui Pendidikan dan Kegiatan Kenegaraan
Sejalan dengan berlakunya undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, Sebagian masyarakat menuntut pengutamaan penggunaan badasa daerah untuk menjaga eksistensi bahasa daerah masing-masing. Walaupun begitu tuntutan agar bahasa daerah digunakan untuk komunikasi baik dalam situasi formal dan nonformal mengalami banyak kendala. Kendala itu berkaitan dengan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia. Pada bagian ini akan dipaparkan tuntutan pengutamaan penggunaan bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa Negara. Yang dimaksud dengan kedudukan bahasa Indonesia adalah status bahasa Indonesia sebagai system lambang nilai budaya yang dirumuskan atas dasar nilai social. Yang dimaksud dengan fungsi bahasa Indonesia adalah peran bahasa Indonesia pada masyarakat Indonesia.
Berdasarkan sumpah pemuda, bahasa Indonesia mempunyai kedudukan sebagai bahasa nasional.sesuai dengan kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia mempunyai fungsi (a) lambang kebanggaan kebangsaan, (b) lambing identitas nasional, (c) alat komunikasi antar warga, antardaerah dan antarbudaya, (d) alat yang memungkinkan sebagai pemersatu berbagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan bahasanya masing-masing kedalam kesatuan kebangsaan Indonesia. Di samping berkedudukan sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia juga berkedudukan sebagai bahasa Negara seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 36. Dalam kedudukanya sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia mempunyai fungsi (a) bahasa resmi kenegaraan, (b) bahasa pengantar dalam dunia pendidikan, (c) alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan pembagunan, (d) alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi (Arifin dan Tasai, 2002:10).
Dalam kedudukannya sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia masih mempunyai kedudukan yang kokoh atau tidak mengalami gangguan yang berarti. Fungsi bahasa Indonesia masih berjalan dengan baik, meskipun ada sedikit kendala karena masih ada warga Indonesia yang belum mampu berbahasa Indonesia. Tetapi jumlahnya tidak banyak, terutama orang-orang yang berada di pedalaman saja yang belum mampu berbahasa Indonesia. Bagaimana bahasa Indonesia menyikapi perkembangan zaman di er globalisasi ini yang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berdampak pada pengunaan bahasa asing (inggris)? Bahasa Indonesia mau tidak mau harus membuka diri terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, kosakata dalam bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi diserap kedalam bahasa Indonesia. Penyerapan kosakata bahasa inggris ini tentu akan memperkaya perbendaharaan kosakata bahasa Indonesia.
Saat ini di lingkungan sekolah juga sedang gencar-gencarnya menggunakan bahasa asing terutama bahasa inggris. Bahasa inggris mulai marak digunakan di sekolah-sekolah berstandar internasional sebagai bahasa pengantar pendidikan. Usaha pembinaan melalui pengajaran bahasa Indonesia melalui system persekolahan dilakukan dengan mempertimbangkan bahasa sebagai satu keseluruhan berdasarkan konteks pemakaian yang ditujukan untuk peningkatan mutu penguasaan dan pemakaian bahasa yang baik dengan tidak mengabaikan adanya berbagai ragam bahasa Indonesia yang hidup dalam masyarakat. Peningkatan mutu pendidikan bahasa dapat dilakukan dengan melalui kegiatan sebagai berikut: 1) pengembangan kurikulum bahasa Indonesia, 2) pengembangan bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan perkembangan metodologi pengajaran bahasa, 3) pengembangan tenaga kependidikan kebahasaan yang professional dan 4) pengembangan sarana pendidikan bahasa yang memedahi, terutama sarana uji kemahiran bahasa.
Usaha pembinaan dapat pula dilakukan melalui pemasyarakatan bahasa Indonesia . pemasyarakatan bahasa Indonesia ini dimaksudkan untuk meningkatkan sikap positif masyarakat terhadap bahasa Indonesia dan meningkatkan mutu penggunaanya. Pemasyarakatan bahasa Indonesia ini juga harus menjangkau kelompok yang belum bisa berbahasa Indonesia agar berperan aktif dalam upaya pembinaan dan pengembangan bahasa secara berkesinambungan.

Penutup
Bahasa Indonesia digunakan sebagai sarana dalam kegiatan setiap masyarakat Indonesia,seperti dalam bidang kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi. Seni, budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat seiring dengan perkembangan zaman, perkembangan itu juga berdampak pada perkembangan bahasa. Perkembangan seni, budaya, ilmu penegtahuan dan tehnologi tidak lepas dari kemajuan tehnologi yang semakin memudahkan masyarakat untuk mengakses informasi yang dibutuhkan terutama media baik itu media cetak maupun media elektronik. Media massa sekarang sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia, bahkan hampir setiap hari masyarakat Indonesia terutama yang tinggal di jawa dan Sumatra selalu mengkonsumsi media massa baik itu untuk mencari berita maupun untuk mencari hiburan. Oleh karena itu menempatkan media massa sebagai alat untuk membina dan menjaga bahasa Indonesia adalah suatu hal yang tepat. Jika bahasa Indonesia yang digunakan adalah bahasa Indonesia yang benar, ini berarti secara tidak langsung masyarakat telah diarahkan untuk mengunakan bahasa yang benar pula.
            Di dalam hasil rumusan Seminar Politik Bahasa Nasional disebutkan bahwa yang dimaksud dengan pembinaan bahasa adalah upaya untuk meningkatkan mutu pemakaian bahasa. Usaha pembinaan ini menyangkup upaya meningkatkan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan berbahasa. Usaha pembinaan melalui pengajaran bahasa Indonesia melalui sistem persekolahan dilakukan dengan mempertimbangkan bahasa sebagai satu keseluruhan berdasarkan konteks pemakaian yang ditujukan untuk meningkatkan mutu penguasaan sehingga mampu berbicara, menulis dan membaca dengan baik tanpa mengabaikan beragam bahasa yang ada di Indonesia.

Daftar Pustaka
Alwi, Hasan dan Dendy Sugono (editor). 2003. Politik Bahasa (risalah seminar politik bahasa). Jakarta: depdiknas.
Arifin, zaenal dan S. Amran Tasai. 2002. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo.
Moeliono, Anton. 1981. Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Ancangan Alternatif di Dalam perencanaan bahasa. Jakarta: Djambatan.
Rusyana, Yus. 1984. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: CV Diponegoro