Gaya Berkomunikasi Batita Ida dan Anak Rifqi
A. Pendahuluan
Dalam kehidupannya, manusia tidak akan pernah lepas dari menggunakan bahasa untuk berkomunikasi guna memenuhi segala keperluan hidupnya. Begitu juga dengan batita dan anak. Awal penggunaan bahasa pada manusia sebenarnya dimulai sejak tangis pertama bayi sebab tangis bayi juga dapat dianggap sebagai bahasa bayi atau anak. Dengan menangis, bagi anak merupakan sarana mengekspresikan kehendak jiwanya. Karena pada dasarnya, fungsi bahasa antara lain meliputi aspek ekspresi, sosial, dan intensional atau sarana untuk menunjukkan atau membanggakan sesuatu (Ahmadi, 2005: 95).
Penguasaan bahasa berikutnya pada batita dan anak akan mengikuti bakat, ritme perkembangan yang dialami, dan lingkungannya (meliputi: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan sekitar tempat tinggal). Setiap batita dan anak akan selalu mengalami beberapa tahapan perkembangan bahasa sampai mencapai penguasaan bahasa yang sempurna sesuai dengan bahasa yang digunakan oleh lingkungan sekitarnya.
Cara pemakaian bahasa setiap orang berbeda-beda dan itu berlaku juga untuk batita dan anak. Antara batita dan anak yang satu dengan yang lain pasti berbeda dalam menggunakan bahasa yang dikuasainya. Perbedaan tersebut dapat kita lihat dari segi lagu atau intonasinya, diksi, susunan kalimatnya, cara mengemukakan idenya, dan sebagainya. Dengan kata lain, setiap individu pasti berbeda dari segi fonetik fonemiknya (Haryono, 2006: 14). Keadaan tersebut biasanya disebut ideolek.
Ideolek merupakan variasi bahasa yang bersifat perseorangan (2010:62). Ideolek tampak pada saat berkomunikasi dengan orang lain. Perbedaan ideolek menurut Turner disebut stilistika (Pradopo, 2004 dalam Haryono, 2006:31). Stilistika adalah bagian linguistik yang memusatkan diri pada variasi dalam penggunaan bahasa (Haryono, 2006:31). Style diartikan sebagai teknik serta bentuk gaya bahasa seseorang dalam memaparkan gagasan sesuai dengan ide dan norma yang digunakan sebagaimana ciri pribadi pemakainya (Aminuddin, 1995:119). Dalam makalah ini, akan dibahas penggunaan gaya berkomunikasi batita dan anak. Subjek yang digunakan adalah batita Ida yang berusia 3 tahun dan anak Rifqi yang berusia 6 tahun.
B. Pembahasan
1. Tahap Perkembangan Bahasa Batita dan Anak
Anak prasekolah adalah anak yang berada pada usia 2;0 - 6;0 tahun (Tarigan, 1995: 27). Masa ini juga disebut juga masa kanak-kanak awal terbentang antara usia 2 sampai 6 tahun (Gunarsa, 2002:27). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa anak prasekolah merupakan anak usia batita s.d usia anak-anak.
Karakteristik bahasa anak usia prasekolah secara umum meliputi kemampuan berbahasa lisan pada anak berkembang sejalan dengan pematangan organ-organ bicara, fungsi berpikir, dan lingkungan ikut mengembangkan (Tarigan, 1995: 27). Kemudian dijelaskan oleh William Stern (Ahmadi, 2005: 96) tahap perkembangan bahasa anak, meliputi;
1. prastadium (umur 0;6 - 1,0 tahun) merupakan tahap meraban yaitu keluar suara yang belum berarti, tunggal, dan terutama huruf-huruf bibir,
2. masa pertama (umur 1;0 – 1; 6 tahun) merupakan tahap penguasaan kata yang belum lengkap,
3. masa kedua (umur 1;6 – 2;0 tahun) merupakan tahap mulai menyadari segala sesuatu mempunyai nama dan sering menanyakan nama benda,
4. flexio/menafsirkan (umur 2;0 -2;6 tahun) merupakan tahap mulai menggunakan kata-kata yang dapat ditafsirkan atau kata yang sudah diubah, mampu menyusun kalimat pendek, dan dapat membandingkan,
5. masa keempat (umur 2;6 – ke atas) merupakan tahap dapat merangkaikan pokok kalimat dan mulai bertanya sebab akibat. Sedangkan menurut Pateda (1990:65) usia
anak prasekolah dan perkembangan bahasanya diklasifikasikan sebagai berikut:
1. prasekolah usia 2;0 - 3;0 tahun (masa penamaan). Pada masa ini karakteristik perkembangan bahasa anak, antara lain; (a) pertumbuhan bahasa terjadi dengan cepat, (b) anak belajar mengenali dan menamai atau menyebut/memberi nama tindakan-tindakan dalam gambar, (c) anak belajar mengenali bagian-bagian tubuh yang besar dan kecil, (d) anak baru mampu menirukan urutan bunyi kata tertentu tetapi ia belum mampu memaknainya. Pengucapan kata mama, papa, makan, minum oleh anak karena proses peniruan bunyi yang pernah didengarnya. Melalui proses ini, anak melakukan penamaan atau mengenal benda, peristiwa, kejadian dengan melakukan pengujaran bunyi kata tertentu.
2. prasekolah usia 3;0 - 4;0 tahun. Masa kedua ini disebut oleh Pateda (1990: 67) sebagai tahap perkembangan kombinatori yaitu anak sudah menggunakan bahasa dalam berbagai bentuk dan mampu menggabungkan preposisi menjadi kalimat tunggal. Pada masa ini terdapat 4 ciri pokok bahasa dan perkembangan bahasa anak-anak, yaitu; (a) kosakata atau perbendaharaan anak berkembang meningkat sampai kira-kira 1500 kata, (b) mampu mengembangkan kemampuan menggunakan kata penunjuk waktu, (c) bahasa digunakan sebagai alat untuk memahami dunia mereka, (d) ujaran atau tuturan semakin rumit, kompleks dengan menggunakan kata keadaan, kata ganti, dan kata depan yang kian banyak, (e) anak mulai mampu berbicara secara teratur dan terstruktur, (f) bicara anak dapat dipahami oleh orang lain dan anak sanggup merespon baik positif atau negatif atas pembicaraan lawan bicaranya, (g) bahasa yang digunakannya menunjukkan aturan atau tata bahasa sendiri, dan (h) kalimat yang diujarkan sudah mengarah pada kalimat pendek dan sederhana.
3. Prasekolah usia 4;0 - 5;0 tahun. Pada tahap ini, anak mempunyai ciri-ciri sebagai berikut; (a) bahasa semakin abstrak, menghasilkan kalimat yang baik dan benar secara gramatikal, serta kosakata yang dikuasai sekitar 2500 kata, (b) sudah memahami dan menggunakan preposisi seperti di atas, di bawah, di luar, di muka, di belakang, ke atas, dari atas, (c) sering mengajukan berbagai pertanyaan terutama sekali yang berkaitan dengan mengapa, kenapa, bagaimana.
4. Prasekolah usia 5;0 - 6;0 tahun (taman kanak-kanak). Ciri-ciri yang tampak pada tahap ini, antara lain; (a) semakin sering menggunakan kalimat kompleks, mulai memakai pronomina dan verba secara tepat, dan berkosakata sekitar 6000 kata , (b) sering ambil bagian dalam kegiatan sehari-hari dan memproduksi tuturan mengenai fungsi kehidupan sehari-hari dalam lingkungan keluarga, penggunaan di warung, teman sepermainan, dll, (c) ingin sekali mengetahui dan melihat bentuk penampilan tertulis mengenai bahasa mereka sendiri dan suka mengubah bahasa lisan menjadi bahasa tulis. Dinyatakan juga oleh Gunarsa (2002:12) ciri khas bahasa anak prasekolah pada tahap ini meliputi: (1) pemahaman anak pada pembicaraan orang lain, (2) menyusun dan menambah perbendaharaan kata, (3) menggabungkan kata menjadi kalimat, (4) mengucapkan dengan baik dan benar. Pada tahap ini, anak usia 4;0 - 6;0 sudah mempunyai keinginan untuk bersekolah (Suhartono, 2005:53).
Dengan demikian, nyatalah bahwa batita dan anak mempunyai tahapan-tahapan dalam kemampuan perkembangan dan penguasaan bahasa yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli meskipun setiap ahli tersebut berbeda dalam pengklasifikasiannya. Setiap tahapanan perkembangan dan penguasaan bahasa oleh batita dan anak mempunyai ciri-ciri khusus. Setiap batita dan anak akan mengalami tahapan yang berbeda satu dengan lainnya berdasarkan pengaruh dari pematangan organ-organ bicara, fungsi berpikir, dan lingkungan di sekitarnya.
2. Gaya Berkomunikasi
Stilistika adalah ilmu tentang gaya bahasa (Teguh, 2009: 16). Dalam stilistika, terdapat pelbagai pilihan kata-kata (diksi) yang digunakan oleh penulis atau penutur untuk menyampaikan gagasannya. Penulis atau penutur menggunakan diksi tertentu karena dianggap oleh penulis atau penutur dengan menggunakan pilihan kata-kata (diksi) tersebut lebih tepat digunakan atau diaplikasikan daripada diksi yang lain sehingga tujuan berkomunikasi (merayu, mengajak, membujuk, memohon, dll.) dapat tercapai. Faktor-faktor yang mempengaruhi variasi gaya atau stilistik, antara lain;
1. bentuk gaya yang relatif permanen, meliputi; individualitas, dialek atau idiolek, dan waktu,
2. penyampaian gagasan, meliputi; sarana dan partisipasi,
3. bentuk gaya yang relatif temporer, meliputi; wilayah kerja, status, modalitas, dll.
( Leech, 2003: 26).
Komunikasi adalah proses pengiriman dan penerimaan informasi atau pesan antara dua orang atau lebih dengan cara yang efektif sehingga pesan yang dimaksud dapat dimengerti (Kadir, 2010: 14). Dalam penyampaian atau penerimaan informasi, ada dua pihak yang terlibat yaitu penutur dan petutur. Penutur dalam komunikasi disebut komunikator yaitu orang atau kelompok orang yang menyampaikan informasi atau pesan, sedangkan petutur disebut komunikan yaitu orang atau kelompok orang yang menerima pesan (http://id.shvoong.com/internet-and-technologies/blog/2035974-pengertian-komunikasi). Dengan demikian, gaya berkomunikasi merupakan penggunaan diksi tertentu oleh seorang penutur atau komunikator pada saat menyampaikan tuturannya (berupa pesan atau informasi) kepada petutur atau komunikan. Dalam makalah ini, yang dimaksudkan sebagai penutur adalah subjek penelitian yaitu batita Rifdah dan anak Rifqi.
3. Karakteristik Batita Rifdah dan Anak Rifqi
1. Karakteristik Batita Rifdah
Batita Rifdah Azzara Salwa yang biasa dipanggil Ida merupakan anak tunggal dari kedua orang tuanya yang bersuku Jawa. Ida dilahirkan di Surabaya, 20 Februari 2009 dengan bahasa ibu (B1) bahasa Jawa dialek Surabaya dan bahasa Indonesia. Ida mempunyai saudara sepupu bernama Rifqi dan Roja.
2. Karakteristik Anak Rifqi
Anak Rifqi yang bernama lengkap Rifqi Safa Nabil dilahirkan di Sangatta, 14 Februari 2006. Rifqi merupakan anak ke-2 dan memiliki satu orang saudara kandung yang biasa dia panggil dengan sebutan Kakak. Dia merupakan anak yang menggunakan bahasa ibu (B1) bahasa Indonesia dengan bapaknya bersuku Banjar dan ibunya bersuku Jawa. Semua anggota keluarga selalu memanggil Rifqi dengan sebutan Adik dan jarang sekali menyebut namanya.
4. Gaya Berkomunikasi Batita Ida dan Anak Rifqi
1. Gaya Berkomunikasi Batita Ida
Sampai dengan usianya yang ke-3 tahun, Ida masih belum dapat mengucapkan suatu kalimat utuh meskipun sederhana. Ia hanya dapat mengucapkan satu kata dan itupun tidak jelas pelafalannya. Misalnya; budhe dilafalkan /edhe/, kakak dilafalkan /akak/, pakdhe dilafalkan /adhe/.
Ketika berkomunikasi dengan orang lain, Ida lebih menggunakan gerakan tangan dengan menunjuk barang atau sesuatu yang dia inginkan sambil menggerak-gerakkan badannya apabila lawan bicaranya tidak mengerti yang dia maksudkan. Jika lawan bicaranya masih juga tidak mengerti, Ida akan mengeluarkan kata-kata yang tidak jelas dari mulutnya, dan jika lawan bicaranya masih juga tidak mengerti, ia akan menangis dan teriak-teriak karena jengkel. Ida sering menganggukkan kepala jika yang ia maksudkan sesuai dengan keinginannya dan menggelengkan kepala jika lawan bicaranya tidak mengerti yang dia maksudkan.
Ida dapat mengerti sepenuhnya apa yang dibicarakan dan dikehendaki lawan bicaranya.Contohnya; ketika lawan bicaranya mengatakan ambilkan sapu dengan segera ia mengambil sapu, ketika lawan bicaranya mengatakan antarkan kecap ini ke budhe Ina pasti dia antarkan kecap tersebut ke budhe Ina bukan ke budhe Nia karena dia mempunyai dua budhe yang tinggal dekat dengannya.
2. Gaya Berkomunikasi Anak Rifqi
Pada saat berkomunikasi dengan anggota keluarga lain, Rifqi selalu menyebut dirinya Adik dan tidak pernah menyebut namanya kecuali jika ditanya siapa namanya oleh orang lain dan itupun jarang ia mau menjawabnya. Pada saat berkomunikasi dengan saudara kandungnya, ia selalu menyebut Kakak dalam kondisi apapun (senang, sedih, marah, berkelahi, dll.). Akibatnya, teman-teman sepermainannya mengira bahwa namanya adalah Adik dan saudara kandungnya adalah Kakak.
Jika menanyakan sesuatu, ia sering menggunakan kalimat interogatif yang meminta pengakuan jawaban “ya”. Contohnya: Adik tidak merusakkan bukunya, ya kan Kak?, ya kan Buk?, ya kan Da? (sesuai dengan lawan bicaranya). Bagian yang bergaris selalu ia katakan setiap ingin menegaskan sesuatu. Kalimat interogatif adalah kalimat yang mengharapkan adanya jawaban secara verbal berupa pengakuan, keterangan, alasan atau pendapat dari pihak pendengar atau pembaca (Chaer, 2009:189).
Sesuai dengan usianya, Rifqi sering mengajukan berbagai pertanyaan terutama sekali yang berkaitan dengan mengapa, kenapa, bagaimana. Contohnya; Kenapa kok bisa gempa di Aceh?
Dalam menggunakan suatu kalimat pertanyaan, Rifqi selalu menggunakan partikel –kah diakhir kalimat. Contohnya; Bolehkah Adik beli es itu?.
C. Penutup
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan:
1. Cara pemakaian bahasa setiap orang berbeda-beda dan itu berlaku juga untuk batita Rifdah dan anak Rifqi.
2. Ideolek merupakan variasi bahasa yang bersifat perseorangan dan disebut stilistika yang tampak pada saat berkomunikasi dengan orang lain.
3. Karakteristik bahasa anak usia prasekolah secara umum meliputi kemampuan berbahasa lisan pada anak berkembang sejalan dengan pematangan organ-organ bicara, fungsi berpikir, dan lingkungan ikut mengembangkan.
4. Batita dan anak akan melampaui beberapa tahap perkembangan bahasa.
*****
Daftar Pustaka
Ahmadi, Abu.2005.Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Chaer, Abdul.2009.Sintaksis Bahasa Indonesia(Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka Cipta
___________.2010.Sosiolinguistik:Perkenalan Awal. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Gunarsa, Singgih D.2002.Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.Jakarta: PT BPK Gunung Mulia
Haryono, Akhmad.2006.Pola Komunikasi Antarkomunitas Pesantren Salaf “A” di Jember.Surabaya: UNESA (Tesis)
Kadir, Abdul.2010.Tuturan Taklangsung dalam Komunikasi Anak Usia Prasekolah di Play Group Melati Kids Purwosari Kabupaten Pasuruan.Surabaya: UNESA (Tesis)
Leech, Geoffrey.1993.Prinsip-Prinsip Pragmatik.Jakarta: Universitas Indonesia
_______________.2003.Semantik.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Pateda, Mansoer.1990.Aspek-Aspek Psikolinguistik.Ende-Flores: Nusa Indah
Suhartono.2005.Pengembangan Keterampilan Bicara Anak Usia Dini.Jakarta: Depdiknas Dirjendikti
Supriyanto, Teguh.2009.Stilistika dalam Prosa.Jakarta: Pusat Bahasa
Tarigan, Hendry Guntur.1995. Bahasa Anak Prasekolah.Jakarta: Rieneka Cipta
Leech (2003) Semantik.Yogyakarta: Pustaka Pelajar