Pragmatik sebagai Pemecah Masalah

Posted by joko yulianto Minggu, 15 April 2012 0 komentar

Pragmatik sebagai Pemecah Masalah

A.  Pendahuluan
Pragmatik mencakup kegiatan pemecahan masalah antara penutur atau penulis (selanjutnya disebut  n) dengan petutur atau pembaca (selanjutnya disebut t). Pada saat berkomunikasi, bagi n masalahnya ialah perencanaan, misalnya; apakah yang harus saya ucapkan agar t mengerti, mau menerima bahkan kemudian mau melaksanakan apa yang saya ucapkan ? Sedangkan bagi t masalahnya ialah interpretasi, misalnya; apakah yang dimaksudkan dengan tuturan (selanjutnya disebut T) n ?, apakah alasan n yang masuk akal dengan mengucapkan T  tersebut?, Apakah yang harus t lakukan setelah n mengucapkan T ?, dll. Pembahasan masalah tersebut dikemukakan dalam postulat pragmatik ke-5 dan  akan diuraikan dalam makalah ini.

B.  Pembahasan
Postulat pragmatik ke-5 menyatakan persesuaian-persesuaian gramatik dibatasi dengan pemetaan;  sedangkan persesuaian-persesuaian  pragmatik dibatasi dengan aneka masalah beserta pemecahannya (Tarigan, 1994: 24). Jika ditinjau dari persesuaian-persesuaian gramatik, T yang dikemukakan oleh n dapat dipetakan berdasarkan makna bunyi sesuai dengan kaidah tata bahasa yang berlaku dalam bahasa yang digunakan oleh n. Jika ditinjau dari persesuaian-persesuaian pragmatik, T yang dikemukakan oleh n tersebut memerlukan prosedur pemecahan masalah yang membutuhkan  intelegensi manusia untuk menafsirkannya sesuai dengan situasi dan konteksnya [1].
 Gambaran postulat di atas dapat dilihat berdasarkan ilustrasi berikut ini:
Tempat       : di dalam kelas
Situasi         : seorang ibu guru sedang sibuk menerangkan materi pelajaran
Ibu Guru     : “Papan tulisnya sudah penuh dengan tulisan Saya, ya?”
Murid 1      : “He...yang piket lho”
Murid 2      : “Bukan saya kok yang piket hari ini!”
Murid 3      :”Dasar pemalas semua! Aku saja yang tidak piket hari ini mau menghapus
                     papan tulis”(sambil berdiri, menuju papan tulis, dan menghapus tulisan yang
                     ada di papan tulis).


Jika dilihat dari persesuaian-persesuaian gramatik, tuturan ibu guru (selanjutnya disebut T1) dapat dipetakan berdasarkan makna bunyi yaitu ibu guru (selanjutnya disebut n1)  mengatakan kepada murid-muridnya bahwa papan tulis yang ada dihadapannya sudah penuh dengan tulisannya. Jika dilihat dari persesuaian-persesuaian pragmatik, T1 memerlukan prosedur pemecahan masalah yaitu keharusan murid-murid yang ada di kelas tersebut untuk menghapus tulisan yang ada di papan tulis meskipun tidak dinyatakan secara eksplisit oleh n1.  Terbukti, ada seorang murid yang mau menghapus tulisan di papan tulis meskipun teman-temannya saling melemparkan tanggung jawab untuk menghapus tulisan tersebut. T1  membutuhkan  intelegensi manusia –dalam hal ini para murid yang ada di kelas tersebut- untuk menafsirkannya sesuai dengan situasi dan konteksnya yaitu sudah menjadi kebiasaan di kelas tersebut yang bertugas menghapus tulisan di papan tulis adalah yang piket hari itu.
Postulat Pragmatik ke-5 terdiri atas dua bagian, yaitu;
1.    tugas penutur dipandang dari sudut analisis cara-tujuan
Analisis ini mempresentasikan sebuah masalah dan pemecahannya dalam bentuk gambar 1 sebagai berikut:

2
 
Diamond: 1                                       G
                          
                                                                                      
                                       a

Keterangan gambar:
1= keadaan awal (individu merasa dingin)
2= keadaan akhir (individu merasa hangat)
G=tujuan untuk mencapai keadaan 2 (menjadi hangat)
a=tindakan (menyalakan alat pemanas)
Ketika n merasa dingin (keadaan awal), n mengatakan kepada t agar menyalakan alat pemanas. Mendengar kalimat n, t kemudian menyalakan alat pemanas sehingga n merasa hangat (keadaan akhir).

3
 
Diamond: 1Berikut ini gambar 2 yang merupakan analisis cara-tujuan yang agak rumit, yaitu;
  
                                                                               Nyalakan alat pemanas!
                                   G
                  a      
Pentagon: 2                                                               b         
  

              
                          
  Keterangan gambar:
1=keadaan awal (n merasa dingin)
2=keadaan tengahan (t mengerti bahwa n ingin alat pemanas dinyalakan)
3=keadaan akhir (n merasa hangat)
G=tujuan mencapai keadaan 3 (menjadi hangat)
a=tindakan n mengatakan kepada t agar alat pemanas dinyalakan
b=tindakan t menyalakan alat pemanas
Keadaan tengahan mencakup, antara lain; (i) pencapaian tujuan sekunder, dan (ii) kondisi untuk mencapai tujuan akhir. Keadaan tengahan merupakan keadaan akhir bagi suatu tujuan dekat dan merupakan keadaan awal bagi suatu tujuan kemudian. (Leech, 1996: 57).
Gambar 2 merepresentasikan pencapaian tujuan yang tidak langsung yaitu memakai bahasa sebagai cara untuk mencapai suatu tujuan tersirat. Gambar 2 bisa juga disebut tindak ujar taklangsung. Searle (dalam Leech, 1996: 57) mengatakan bahwa tindak ujar taklangsung adalah ‘tindak ilokusi yang dilakukan dengan tidak langsung melalui suatu tindak ilokusi lain’. Dengan demikian, kalimat ‘Nyalakan alat pemanas!’ merupakan cara yang tidak langsung untuk mencapai suatu tujuan akhir karena diarahkan kepada suatu tujuan sekunder dulu.
Gambar 3 berikut ini menunjukkan bagaimana tujuan suatu ujaran dapat dicapai melalui ilokusi-ilokusi yang lebih tidak langsung lagi.
 

                       G1
                            GPS
4
 
Diamond: 1                                                    G                                                                                      
                                                                                                               Dingin di sini,
                                                                                                               bukan?
 


                           a                                                                      c

Pentagon: 3Pentagon: 2                                                               b
                                                  


keterangan gambar:
1          =keadaan awal (n merasa dingin)
2          =keadaan tengahan (t mengerti bahwa n merasa dingin)
3          =keadaan tengahan (t mengerti bahwa n ingin alat pemanas dinyalakan)
4          =keadaan akhir (n merasa hangat)
G         =tujuan untuk mencapai keadaan 3 (menjadi hangat)
GPS        =tujuan untuk menaati PS/pesan
G1          =tujuan-tujuan lain (tidak dirinci)
a          =tindakan n berupa tuturan n bahwa udaranya dingin
b          =tindakan t berupa menyimpulkan/menafsirkan bahwa n ingin agar t menyalakan
                        alat pemanas
c          =tindakan t menyalakan alat pemanas
Interpretasi gambar tersebut merupakan tuturan yang mengandung implikatur n ingin agar t menyalakan alat pemanas sehingga memunculkan b yaitu tindakan t berupa menyimpulkan/menafsirkan bahwa n ingin agar t menyalakan alat pemanas. Interpretasi di atas bukan satu-satunya tafsiran dari kalimat ‘Dingin di sini, bukan?’ Mungkin saja kalimat tersebut diucapkan sekedar basa-basi, tanpa tujuan tertentu, atau hanya untuk memelihara hubungan sosial. Dengan ketidakjelasan ini, t bertanggung jawab untuk menafsirkan apakah kalimat tersebut mengandung daya perintah atau tidak sehingga dalam gambar tersebut menimbulkan G dan GPS. Apalagi kenyataannya, manusia sering mengatakan suatu tuturan agar tujuannya dapat tercapai tanpa melanggar prinsip kerja sama, hubungan sosial dapat terpelihara dengan baik, kesopanan, dll.
Analisis di atas diterapkan pada penggunaan bahasa secara komunikatif. Tujuan dan maksud dalam suatu tuturan memang disengaja meskipun tuturan/wacana yang diungkapkan seringkali tidak dirancanakan atau disadari terlebih dahulu. Jadi, tujuan di sini merupakan keadaan yang mengatur perilaku individu.  
2.    tugas petutur dipandang dari sudut analisis heuristik
Heuristik merupakan tugas pemecahan masalah yang dihadapi petutur dalam menginterpretasikan sebuah tuturan. Heuristik berusaha mengidentifikasi daya pragmatik sebuah tuturan dengan merumuskan beberapa hipotesis kemudian mengujinya berdasarkan data-data yang tersedia. Jika hipotesis tidak teruji, akan dibuat hipotesis yang baru sampai akhirnya tercapai suatu pemecahan ( berupa hipotesis yang teruji kebenarannya dan tidak bertentangan dengan evidensi/kenyataan yang ada). Analisis heuristik dapat dijelaskan dengan menggunakan siklus pemecahan masalah sebagai berikut:
1.  Problem       2. Hipotesis        3. Pemeriksaan       4. Interpretasi
                                                                                 
                                                                         Pengujian berhasil

                                                 Pengujian gagal
Siklus pemecahan masalah di atas dapat juga dinyatakan dengan:
   n mengatakan kepada t  suatu tuturan
Daya tuturan di atas dapat diuraikan sebagai berikut:
i.   maksud n ialah agar t mengetahui tuturan yang dikemukakannya
ii.    n yakin bahwa tuturan yang dikemukakannya diketahui oleh t (disebut Maksim Kualitas)
iii.  n yakin bahwa t tidak mengetahui tuturan yang dikemukakannya (disebut Maksim Kuantitas)
iv.  n yakin bahwa sebaiknya t mengetahui tuturan yang dikemukakannya.
Jika hipotesis di atas diasumsikan benar dan n menaati PK, hipotesis tersebut akan diikuti oleh beberapa konsekuensi bersyarat ii s.d iv. i  harus diikuti oleh ii agar n tidak berbohong dan tidak melanggar  Maksim Kualitas. i  juga harus diikuti iii agar t mendapatkan informasi baru dari n sehingga tidak melanggar Maksim Kuantitas. iv juga harus ada  untuk menunjukkan bahwa n menuturkan sesuatu yang gayut dengan situasi sehingga tidak melanggar Maksim Hubungan.
Jika konsekuensi-konsekuensi di atas sesuai dengan konteksnya, hipotesis tersebut dapat diterima. Apabila satu atau lebih konsekuensi di atas bertentangan, hipotesis tersebut harus ditolak kemudian mempertimbangkan beberapa kemungkinan lainnya. Hipotesis berikutnya yang akan diuji harus berupa hipotesis yang paling dekat dengan beberapa evidensi yang sudah diamati.
Dalam interpretasi pragmatik, proses pemecahan masalah dapat berlangsung sangat otomatis, tidak dilakukan dengan sadar, dan bukan hasil pemikiran eksplisit. Konteks sangat berpengaruh terhadap interpretasi pragmatik. Interpretasi pragmatik merupakan cara berpikir deduktif yaitu hipotesis dirumuskan terlebih dahulu kemudian beberapa konsekuensi dimunculkan. Dengan demikian, interpretasi pragmatik melalui analisis heuristik, implikatur-implikatur percakapan dapat direncanakan, dipecahkan masalahnya, dan diganti dengan argumentasi sehingga daya dapat ditentukan dari makna tanpa bantuan konvensi-konvensi manasuka.

C.  Penutup
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan:
1.      Postulat pragmatik ke-5 menyatakan persesuaian-persesuaian gramatik dibatasi dengan pemetaan;  sedangkan persesuaian-persesuaian  pragmatik dibatasi dengan aneka masalah beserta pemecahannya.
2.    Postulat pragmatik ke-5  terdiri atas dua bagian, yaitu; (1) tugas penutur dipandang dari sudut analisis cara-tujuan, dan (2) tugas petutur dipandang dari sudut analisis heuristik.

Daftar Pustaka

Dep.Dik. Nas.2005.Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka
Leech, Geoffrey. 1996. Principles of Pragmatics. London: Longman
Tarigan, Hendry Guntur. 1994. Pengajaran Pragmatik.Bandung: Angkasa







 


[1] Leech (1996) Principles of Pragmatics. London: Longman

0 komentar:

Posting Komentar