Peranggapan dan Entailmen Dalam Tutur Kata
Selasa, 19 Juni 2012
0
komentar
Peranggapan dan Entailmen
Dalam Tutur Kata
Oleh:
joko yulianto
Pendahuluan
Hubungan
peranggapan dan entailmen bisa diartikan tumpang tindih, peranggapan lebih
menekankan pada asumsi atau inferensi ujar, namun entailmen berusaha memaparkan
logika yang sebenarnya. Kehadiran entailmen disini bisa mematahkan peranggapan
yang terjadi. Entailmen berusaha mencari kelogisan dari peranggapan. Hal ini
bisa dilihat dari pendapat yule (2006) yang menyatakan bahwa entailmen adalah
sesuatu yang secara logis ada atau mengikuti apa yang ditegaskan didalam
tuturan. Sebagai informasi yang diasumsikan dapat diidentifikasi secara tepat
yang akan diasosiasikan dengan tuturan.
Mey
(1998) menjelaskan bahwa entailmen adalah bisnis logika, ini menunjukkan
perkiraan bahwa dalam hal apapun yang relevan dalam analisis logis dari bahasa
alami. Entailmen bukan konsep pragmatic (karena berhubungan dengan maksud
penutur), tetapi entailmen dianggap sebagai suatu konsep logis yang murni.
Peranggapan
pragmatic meripakan inferensi pragmatic yang sensitive terhadap factor konteks.
Peranggapan mengandung makna semua latar belakang asumsi yang dapat membuat
suatu tindakan, teori, ungkapan ataupun tuturan masuk akal. Levinson
menyimpulkan bahwa definisi-definisi mengenai peranggapan pragmatic mengandung
dua hal pokok yaitu kesesuaian atau kepuasan dan pemahaman bersama. Bertolak
dari dua hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pemahaman bersama dan kesesuaian
merupakan hal-hal mendasar dalam berbagai definisi mengenai peranggapan
pragmatic.
Sebuah
kalimat dapat dikatakan memperanggapkan kalimat lain bila ketidakbenaran
kalimat kedua (yang diperanggapkan) mengakibatkan kalimatpertama (yang
memperanggapkan) tidak dapat dikatakan benar atau salah. Hal ini senada dengan
pendapat rahardi yang menyatakan bahwa sebuah tuturan dapat dikatakan memperanggapka
tuturan yang lain apabila ketidakbenaran tuturan yang diperanggapkan
mengakibatkan kebenaran atau ketidakbenaran tuturan yang mempranggapkan tidak
dapat dikatakan. Contoh: “mahasiswa tercantik di kelas itu pandai sekali”
Peranggapan yang memperanggapkan adanya seorang mahasiswa yang berparas sangat
cantik. Apabila pada kenyataanya memang ada mahasiswa yang berparas cantik
dikelas itu, ukuran diatas dapat dinilai benar atau salahnya. Sebaliknya apabila
dikelas itu tidak ada seorang mahasiswi yang berparas cantik, ukuran tersebut
tidak dapat ditentukan benar salahnya.
Peranggapan
pragmatic membedakan dua konsep, yakni (1). Peranggapan semantic dan (2).
Peranggapan pragmatic. Peranggapan semantic adalah bila suatu pernyataan dapat
ditarik peranggapanya melalui leksikon. Dapat dikatakan Peranggapan pragmatic
bila suatu pernyataan dapat ditarik peranggapannya melalui konteks. Jadi, suatu
ujaran tidak selalu dapat ditangkap maknanya hannya dengan mengetahui ujaran
itu saja, tetapi ujaran itu harus ditambahkan dengan pengetahuan bersama yang
dimiliki oleh pasangan sehingga makna suatu ujaran dapat dipahami.
Mey
(1998) mengungkapkan bahwa peranggapan adalah property kalimat, membuat kalimat
yang sesuai untuk digunakan dalam konteks tertentu dan tidak layak untuk digunakan
dalam konteks lain. Kebanyakan kalimat bahasa alami membawa satu atau lebih
pengandaian-pengandaian. Jika kalimat membawa peranggapan A, maka A pasti benar
untuk B benar, atau lebih tepatnya preposisi yang dinyatakan oleh A pasti benar
untuk proposisi yang dinyatakan oleh B untuk menjadi kenyataan.
Peranggapan
merupakan anggapan awal yang secara tersirat dimiliki oleh sebuah ungkapan
kebahasaan sebagai bentuk respon awal pendengar dalam menghadapi suatu ungkapan
kebahasaan tersebut. Namun, para ahli menampilkan beberapa kesamaan sudut
pandang, yaitu (a) peranggapan merupakan asumsi atau anggapan dasar penutur
mengenai suatu hal, dan (b) peranggapan merupakan penarikan kesimpulan suatu
tuturan berdasarkan pemahaman dan pengetahuan bersama.
Jenis Jenis Pranggapan
Jenis-jenis
peranggapan seperti yang diungkap oleh yule dibedakan menjadi enam peranggapan
yaitu:
1.
peranggapan eksistensi
2.
prangapan faktif
3.
prangapan non-faktif
4.
prangapan leksikal
5.
prangapan struktual
6.
prangapan konter-faktual/ peranggapan factual
tandingan
berdasarkan
jenis-jenis prangapan tersebut, untuk lebih jelasnya akan diuraikan maksud dari
masing-masing peranggapa dan disertai contoh-contohnya, jenis-jenis prangapan
sebagai berikut.
A.
Prangapan eksistensial .
Prangapan eksistensial adalah prangapan yang
mengasosiasikan adanya suatu keberadaan. Penyebab pranggapan ini tidak hanya di
asumsikan terdapat dalam susunan posesif tetapi juga lebih umum dalam frasa
nomina tertentu. Penggunaan unkapan-ungkapan apa pun, penuturan diasumsikan terlibat
dalam keberadaan entitas-entitas yang disebutkan, misalnya:
Ø “khoiron adalah pria yang baik dan lugu“.
Tuturan
tersebut mengandung peranggapan eksistensial kalau ada pria yang bernama
khoiron dan dia memiliki sifat baik.
Ø “Septy
temanku di unesa yang cantik itu mendapatkan nilai A pada mata kuliah
pragmatic”.
Tuturan
dalam kalimat tersebut mengadung peranggapan eksistensial kalau ada mahasiswi
unesa yang cantik dan mendapatkan nilai A pada mata kuliah pragmatic.
Ø Dikelasku
ada mahasiswi yang jago bahasa inggris, baik hati & cerdik, dia anak
ponorogo yang tinggal di Surabaya bersama kakaknya, dia bernama endang sri
maruty.
Dari
tuturan diatas mengandung peranggapan eksistensial kalau ada mahasiswi yang
bernama endang sri maruty yang pandai berbahasa inggris, baik hati dan cerdik
yang berasal dari ponorogo dan dia tinggal di Surabaya dengan kakaknya.
Dari ketiga contoh diatas kita dapat
menyimpulkan kalau tuturan kalimat yang mengandung eksistensial pasti
menerangkan subyek pada kalimat tersebut, artinya disetiap kalimat yang
mengandung eksistensial pasti mengandung subyek.
B.
Pranggapan faktif .
Pranggapan faktif merupakan pranggaan yang
mengikuti kata kerja yang dapat di anggap sebagai suatu kenyataan. seerti
contoh berikut, disebutkan bahwa kata kerja “menemukan“ mempranggapkan
informasi yang disampaikan. Berikut dipaparkan contoh penyebab pranggapan
faktif. Sejumlah kata kerja seperti: tahu, menyadari, menyesal, sadar,
mengherankan, dan gembira. memiliki pranggapan faktif. berikut disajikan
Contoh
praanggapan faktif yang bersumber dari yule ( 2006 : 47 ).
a.
“andi tidak menyadari bahwa dia sakit”
Tuturan
mempraanggapkan bahwa dia sakit. kata ‘menyadari‘ memunyai asumsi bahwa
sebenarnya andi pada kenyataanya dia sakit.
b.
“kami menyesal mengatakan kepadanya”
Tuturan
dari kalimat tersebut memprangapkan bahwa
‘kami mengatakan kepadanya‘. Kata ‘menyesal‘ di asumsikan sebagai bentuk
kenyataan bahwa ‘ kami ‘ tidak berniat mengatakan hal itu.
c.
“saya tidak sadar bahwa dia sudah
menikah”
Tuturan
kalimat ini mempranggapkan bahwa ‘dia sudah menikah‘. frasa ‘tidak sadar’
memberikan aumsi saya tidak menyadari bahwa kenyataannya “dia sudah menikah”
C.
prangapan non-faktif
kebenaran peranggapan non-faktif adalah suatu
pranggapan yang diasumsikan tidak benar. Kata-kata kerja seperti “bermimpi”,
“membayangkan”, “berpura-pura” dan lainnya. Peranggapan non-faktif ini
digunakan dengan pranggapan yang mengikutinya tidak benar. Berikut contoh
kebenaran pranggapan non-faktif:
Ø saya
bermimpi bahwa saya ditunjuk oleh presiden susilo bambang yudhoyono untuk
mengantikan Menteri Pendidikan Republik Indonesia yang di anggap belum mampu
memajukan pendidikan Indonesia.
Tuturan
diatas memperanggapkan bahwa saya bukan orang yang ditunjuk Presiden SBY untuk
mengantikan menteri pendidikan yang dianggap gagal membangun pendidikan di
Indonesia.
Ø Saya
membayangkan kalau khoiron jadian dengan putri ponorogo pasti akan seru dan pasti
akan ada perang dingin.
Kata
“membayangkan” diatas menyebabkan peranggapan bahwa khoiron belum/tidak jadian dengan
putri ponorogo.
D. Peranggapan
Leksikal
Peranggapan leksikal merupakan peranggapan yang
dalam pemakaian suatu bentuk dengan makna yang dinyatakan secara konvensional
ditafsirkan dengan peranggapan lain (yang tidak dinyatakan) dipahami. Di dalam
kasus peranggapan leksikal, pemakaian ungkapan khusus oleh penutur diambil untuk memperanggapkan sebuah
konsep lain (tidak dinyatakan),
sedangkan pada kasus peranggapan faktif, pemakaian ungkapan khusus diambil
untuk memperanggapkan kebenaran informasi yang disampaikan oleh penutur. Contoh
Ø wahyudi
: “ron kenapasih kamu kok tidak mau pacaran lagi dengan dia?”
Ø khoiron
: “aku tak mau diduakan lagi!!”
tuturan
yang di ucapkan wahyudi tersebut memperanggapkan bahwa khoiron pernah pacaran
dan kata lagi mempunyai arti yang menunjukkan pengulangan terhadap sesuatu,
maksudnya pengulangan yang mempertannyakan sebab/alasan khoiron menerima atau
menolak pacaran lagi dengan si dia. Peranggapan leksikal pada tuturannya
khoiron “aku takmau diduakan lagi” menunjukkan khoiron pernah diduakan
“pacarnya khoiron yang dulu selain dekat dengan khoiron juga dekat dengan orang
lain” dan kata tak mau lagi menunjukkan dia tidakmau kejadian tersebut terulang
untuk kesekian kalinya.
E.
Peranggapan structural
Peranggapan structural, dalam hal ini struktur
kalimat-kalimat tertentu telah dianalisis sebagai peranggapan secara tetap dan
konvensional bahwa bagian struktur itu sudah diasumsikan kebenarannya. Penutur
diasumsikan dapat mengunakan struktur-struktur yang sedemikian untuk
memperlakukan informasi seperti yang diprasangkakan (karena dianggap benar) dan dari sini
kebenarannya diterima oleh penutur. Tipe pranggapan structural ini dapat
menuntun penutur untuk mempercayai bahwa informasi yang disajikan pasti benar,
bukan sekedar peranggapan seseorang yang sedang bertannya. Pada contoh berikut
digambarkan penyebab pranggapan structural yang pertannyaan tersebut bisa
memperkirakan jawaban dan bisa diterima
kebenarannya. Contoh:
Ø Apa
saja penghargaan yang diterima oleh pak Rasmian ditingkat nasional?
Tuturan
ini mempunyai peranggapan bahwa rasmian menerima penghargaan di tingkat
nasional. Kata tannya “apa saja” dalam tuturan tersebut mengasumsikan bentuk
jawabaan nominal yang mengiringi peranggapan.
Ø Kapan
khoiron mengungkapkan cinta kepadamu? Kok tiba-tiba khoiron melamar kamu!
Dari
tuturan diatas memperanggapkan bahwa khoiron telah mengucapkan cita/suka pada
seseorang. Dalam hal ini penutur secara tidak langsung mengetahui mereka telah
berpacaran dan dalam proses melamar.
F.
Prangapan Konter-faktual/ Peranggapan
Faktual Tandingan
Peranggapan
konter-faktual merupakan peranggapan yang diperanggapkan tidak hannya tidak
benar, tetapi kebalikannya (lawan) dari benar atau bertolak belakang dengan
kenyataannya. Berikut contoh kebenaran pranggapan konterfaktual.
Ø Andaikan
kamu temanku, kamu pasti akan menolongku.
Kata
“andaikan” pada tuturan diatas mempunyai makna yang memperanggapkan bahwa
kenyataanya kamu bukan temanku.
Ø Jika
aku menjadi suamimu aku tidak akan melarang kamu untuk menjadi wanita karier.
Dari kata “jika aku
menjadi suamimu” pada tuturan diatas mempunya makna yang memperanggapkan bahwa
kenyataanya aku bukan suaminya.
Kesimpulan
Sebuah
kalimat dikatakan memperanggapkan kalimat lain jika ketidak benaran kalimat
yang kedua (jika diperanggapkan) mengakibatkan kalimat yang pertama (yang
memperanggapkan tidak dapat dikatakan benar atau salah. Peranggapan kalimat
sederhana akan berlangsung benar apabila kalimat sederhana itu menjadi bagian
dari kalimat yang lebih kompleks. Arti dari keseluruhan kalimat itu merupakan
gabungan dari arti bagian-bagian kalimat itu, akan tetapi arti dari sebagian
pranggapan (sebagai “bagian-bagian”) tidak mampu menjadi arti dari beberapa
kalimat kopleks (sebagai keseluruhan).
Daftar Pustaka
Chaer,
Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.
______.
1995. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Kamus
Besar Bahasa Indonesia onlain.
Mey,
Jacob L. 1998. Concise encyclopedia of pragmatics. Oxford: elseiver science
Ltd.
Rahardi,
Kunjana. 2005. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta:
Penerbit Erlangga
Ramlan,
M. 1987. Ilmu Bahasa Indonesia: Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif.
Yogyakarta: CV Karyono.
Warsiman.
2007. Kaidah Bahasa Indonesia yang Benar. Bandung: Dewa Ruci.
Wijana,
I. Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi.
Yule,
George. 2006. Pragmatic. Terjemahan oleh indah fajar wahyuni. Yogyakarta:
pustaka pelajar.
0 komentar:
Posting Komentar