MANUSIA SEBAGAI SUBYEK PENDIDIKAN Pandangan awal dari : joko yulianto Jika kita berbicara tentang pendidikan maka yang terlintas dalam benak kita adalah proses belajar mengajar di bangku sekolah, kita membayangkan ada satu kelas siswa SD yang memakai kaos putih, celana merah, dasi merah dan topi putih-merahyang duduk hikmat mendengarkan mendengarkan materi dari gurunya yang terkesan galak dan menakutkan. Jika pendidikan di ilustrasikan seperti itu maka yang terbayang dalam benak kita adalah guru sebagai satu-satunnya pelaku dalam pendidikan, sehingga dalam pikiran siswa timbul pemahaman kalau belajar itu adalah proses mennyimak dan proses mentransformasi ilmu pengetahuan dari guru kemurid, yang pada ahirnya siswa berfikir kalau peroses belajar mengajar itu hanya ada di bangku sekolah, padahal pandangan seperti itu adalah pandangan yang salah. Dalam dekade ini timbu pemahamam baru tentang pendidikan, yang dulunya berfikir kalau pendidikan itu hanya ada di sekolah bergeser kepemahaman baru yaitu pemahaman kalau belajar itu tidak harus ada di bangku sekolahtapi bisa dimana saja, mereka bisa belajar dari filem, belajar dari teater, belajar dari internet, belajar dari buku dan belajar dari kondisi real yang ada. Sehingga pemahamannya tentang pendidikan berubah. Yang dulunya belajar itu harus ada di bangku sekolah berkembang lebih luas lagi, yang dulunya belajar itu hanya untuk anak-anak usia sekolah berkembang menjadi belajar sepanjang hayat, yang artinya tidak ada batasan umur, tidak ada batasan ruang dan waktu, sehingga timbul pemahaman baru kalau manusia itu sebagai pelaku dari pembelajaran, sehingga timbul konsekwensi-konsekwensi dari pemahaman baru tersebut. Karena manusia sudah memposisikan diri sebagai pelaku (penanggung jawab pembelajaran) maka sebagai konsekwensinya mereka sebagai individu di tuntut lebih aktif untuk mencari ilmu dari berbagai sumber. Kalau kita berbicara tentang pendidikan maka kita tidak bisa lepas dari yang namanya guru/pengajar, dewasa ini peran guru berubah dari pemberi materi utama menjadi pembimbing “pengaran” dalam proses belajar-mengajar. Kalau kita lihat dari posisi murid yang dahulunya sebagai penerima materi berubah menjadi pencari materi “pencari ilmu pengetahuan”, perubahan itu secara filosofis memiliki arti dan maksud yang sangat berbeda dari pemahaman lama. Di dalam pendidikan selain ada guru dan murid / pencari ilmu yang berperan sebagai subyek maka ada yang berperan sebagai obyek, dan obyek dari pendidikan itu adalah ilmu itu sendiri. Untuk memahami itu semua secara lebih dalam lagi perlu dikaji secara filosofis dari pengertian – pengertian tersebut.
Selasa, 11 Oktober 2011
0
komentar
Pandangan awal dari : joko yulianto
Jika kita berbicara tentang pendidikan maka yang terlintas dalam benak kita adalah proses belajar mengajar di bangku sekolah, kita membayangkan ada satu kelas siswa SD yang memakai kaos putih, celana merah, dasi merah dan topi putih-merahyang duduk hikmat mendengarkan mendengarkan materi dari gurunya yang terkesan galak dan menakutkan. Jika pendidikan di ilustrasikan seperti itu maka yang terbayang dalam benak kita adalah guru sebagai satu-satunnya pelaku dalam pendidikan, sehingga dalam pikiran siswa timbul pemahaman kalau belajar itu adalah proses mennyimak dan proses mentransformasi ilmu pengetahuan dari guru kemurid, yang pada ahirnya siswa berfikir kalau peroses belajar mengajar itu hanya ada di bangku sekolah, padahal pandangan seperti itu adalah pandangan yang salah.
Dalam dekade ini timbu pemahamam baru tentang pendidikan, yang dulunya berfikir kalau pendidikan itu hanya ada di sekolah bergeser kepemahaman baru yaitu pemahaman kalau belajar itu tidak harus ada di bangku sekolahtapi bisa dimana saja, mereka bisa belajar dari filem, belajar dari teater, belajar dari internet, belajar dari buku dan belajar dari kondisi real yang ada. Sehingga pemahamannya tentang pendidikan berubah. Yang dulunya belajar itu harus ada di bangku sekolah berkembang lebih luas lagi, yang dulunya belajar itu hanya untuk anak-anak usia sekolah berkembang menjadi belajar sepanjang hayat, yang artinya tidak ada batasan umur, tidak ada batasan ruang dan waktu, sehingga timbul pemahaman baru kalau manusia itu sebagai pelaku dari pembelajaran, sehingga timbul konsekwensi-konsekwensi dari pemahaman baru tersebut. Karena manusia sudah memposisikan diri sebagai pelaku (penanggung jawab pembelajaran) maka sebagai konsekwensinya mereka sebagai individu di tuntut lebih aktif untuk mencari ilmu dari berbagai sumber.
Kalau kita berbicara tentang pendidikan maka kita tidak bisa lepas dari yang namanya guru/pengajar, dewasa ini peran guru berubah dari pemberi materi utama menjadi pembimbing “pengaran” dalam proses belajar-mengajar. Kalau kita lihat dari posisi murid yang dahulunya sebagai penerima materi berubah menjadi pencari materi “pencari ilmu pengetahuan”, perubahan itu secara filosofis memiliki arti dan maksud yang sangat berbeda dari pemahaman lama. Di dalam pendidikan selain ada guru dan murid / pencari ilmu yang berperan sebagai subyek maka ada yang berperan sebagai obyek, dan obyek dari pendidikan itu adalah ilmu itu sendiri. Untuk memahami itu semua secara lebih dalam lagi perlu dikaji secara filosofis dari pengertian – pengertian tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar