DEIKSIS
Selasa, 19 Juni 2012
3
komentar
DEIKSIS
Oleh: Wahyudi
A.
Pengantar
Bahasa memegang peranan penting
dalam kehidupan kita. Bahasa
merupakan salah satu hasil budaya manusia yang sangat tinggi nilainya karena
dengan bahasa manusia dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat di
sekitarnya. Dengan bahasa pula, manusia dimungkinkan dapat berkembang dan
mengabstraksikan berbagai gejala yang muncul di lingkungannya. Jelaslah bahwa
bahasa sangat penting peranannya dalam kehidupan sosial. Komunikasi akan
berjalan dengan lancar apabila sasaran bahasa yang digunakan tepat. Artinya
bahasa itu dipergunakan sesuai dengan situasi dan kondisi penutur dan sifat
penuturan itu dilaksanakan. Hal ini sangat bergantung pada faktor penentu dalam
tindak bahasa atau tindak komunikasi, yaitu lawan bicara, tujuan pembicara,
masalah yang dibicarakan, dan situasi. Penggunaan bahasa seperti inilah yang
disebut pragmatik.
Pragmatik merupakan cabang ilmu
bahasa yang semakin dikenal pada masa sekarang. Hal itu dilandasi oleh
kesadaran para linguis bahwa upaya menguak hakikat bahasa tidak akan membawa
hasil yang diharapkan tanpa didasari pemahaman terhadap pragmatik, yakni
bagaimana bahasa itu digunakan dalam komunikasi (Leech, 1996:1).
Ada beberapa hal yang dikaji dalam kajian pragmatik. Deiksis
sebagai salah konstruksi dalam pragmatik akan dikupas dalam tulisan ini.
B.
Deiksis
Dalam
KBBI (2005:245), deiksis diartikan hal atau fungsi menunjuk sesuatu di luar
bahasa; kata yang mengacu kepada persona, waktu, dan tempat suatu tuturan. Dalam
kegiatan berbahasa. kata-kata atau frasa-frasa yang mengacu kepada beberapa hal
tersebut penunjukannya berpindah-pindah atau berganti-ganti, tergantung pada
siapa yang menjadi pembicara, saat dan tempat dituturkannya kata-kata itu. Kata-kata
seperti saya, dia, kamu rnerupakan kata-kata yang penunjukannya
berganti-ganti. Rujukan kata-kata tersebut barulah dapat diketahui jika
diketahui pula siapa, di mana, dan pada waktu kapan kata-kata itu diucapkan. Dalam
bidang linguistik istilah penunjukan semacam itu disebut deiksis (Yule,
2006:13).
Kata
deiksis berasal dari kata Yunani deiktikos yang berarti 'hal yang menunjuk
secara 1angsung'. Dalam bahasa Yunani, deiksis merupakan istilah teknis untuk
salah satu hal yang mendasar yang dilakukan dalam tuturan. Sedangkan isti1ah deiktikos
yang dipergunakan oleh tata bahasa Yunani da1am pengertian sekarang kita
sebut kata ganti demonstratif.
Dari definisi di atas, bisa disimpulkan bahwa
deiksis adalah bentuk bahasa baik berupa kata maupun lainnya yang
berfungsi sebagai penunjuk hal atau fungsi tertentu di luar bahasa. Dengan kata
lain, sebuah bentuk bahasa bisa dikatakan bersifat deiksis apabila acuan/
rujukan/ referennya berpindah-pindah atau berganti-ganti pada siapa yang
menjadi si pembicara dan bergantung pula pada saat dan tempat dituturkannya kata
itu. Jadi, deiksis merupakan kata-kata yang tidak memiliki referen yang tetap.
Seperti contoh dialog berikut ini:
Ani : Hari ini saya akan pergi ke Surabaya. Kalau
kamu?
Ali : Saya santai
di rumah.
Kata
‘Saya’ di atas sebagai kata ganti dari dua orang. Kata pertama adalah kata
ganti dari Ani. Sedangkan kedua adalah kata ganti Ali. Dari contoh di atas,
tampak kata ‘saya’ memiliki referen yang berpindah-pindah sesuai dengan konteks
pembicaraan serta situasi berbahasa.
C. Macam Deiksis
Sesuatu
yang dirujuk oleh deiksis disebut anteseden. Dilihat dari antesedennya, deiksis
dibedakan atas lima macam yakni, deiksis
persona, deiksis tempat, deiksis waktu, deiksis wacana, dan deiksis sosial.
Deiksis Persona
Deiksis persona berkaitan dengan peran peserta yang terlibat
dalam peristiwa berbahasa. Deiksis ini biasanya berupa kata ganti orang. Kata
ganti orang itu ada tiga kategori yaitu orang pertama, orang kedua dan orang
ketiga.
Kata ganti orang pertama merupakan rujukan pernbicara
kepada dirinya sendirin. Dengan kata lain kata ganti persona pertama rnerujuk pada
orang yang sedang berbicara. Kata ganti persona ini dibagi rnenjadi dua, yaitu
kata ganti persona pertarna tunggal dan kata ganti persona pertarna jarnak.
Kata
ganti persona pertama tunggal rnempunyai beberapa bentuk, yaitu aku, saya, daku.
Selain bentuk kata ganti persona di atas,
digunakan pula nama-nama orang untuk menunjuk persona pertama tunggal (Samsuri,
1987:238). Anak-anak biasa memakai nama diri untuk merujuk, pada dirinya
misalnya seorang anak bemama agus suatu ketika dia ingin makan dan dia
mengucapkan "Agus mau makan" yang berarti 'Aku mau makan' (bagi diri
Agus). Akan tetapi apabila kalimat itu diucapkan oleh seorang ayah atau seorang
ibu dengan nada bertanya seperti "Agus mau makan?" maka nama Agus
tidak lagi merujuk pada pembicara tetapi merujuk pada persona kedua tunggal
(mitra tutur).
Dalam
hal pemakainnya, bentuk persona pertama aku dan saya ada perbedaan. Bentuk saya
adalah bentuk yang formal dan umumnya dipakai dalam tulisan atau ujaran yang
resmi. Untuk tulisan formal pada buku nonfiksi, pidato, sambutan bentuk saya
banyak digunakan bahkan pemakian bentuk saya sudah menunjukan rasa hormat dan
sopan. Namun demikian tidak menutup kemungkinan bentuk saya dipakai dalam
situasi nonformal.
Kata ganti persona kedua adalah rujukan pembicara kepada
lawan bicara. Dengan kata lain bentuk kata ganti persona kedua baik tunggal
maupun jamak merujuk pada lawan bicara. Bentuk pronomina persona kedua tunggal
adalah kamu dan engkau.
Sebutan
ketaklaziman untuk pronomina persona kedua dalam bahasa Indonesia banyak
ragamnya, seperti anda, saudara, leksem kekerabatan seperti bapak, ibu, kakak
dan leksem jabatan seperti guru, dokter. Pemilihan bentuk mana yang harus
dipilih ditentukan oleh aspek sosiolinguistik. Bentuk bapak/pak, ibu/bu
yang merupakan bentuk sapaan kekeluargaan menandakan dua pengertian. Pertama, orang yang mamakai bentuk-bentuk
tersebut memiliki hubungan akrab dengan lawan bicaranya. Kedua, dipergunakan untuk memanggil orang yang lebih tua atau orang
yang belum dikenal. Dengan kata lain pengertian kedua menandakan hubungan antara
pembicara dengan lawan bicara kurang akrab. Sedangkan bentuk saudara,
anda biasanya digunakan untuk menghormat dan ada jarak yang nyata
antara pembicara dan lawam bicara. Khusus untuk bentuk ketakziman anda biasanya
dimaksudkan untuk menetralkan hubungan. Meskipun kata itu telah lama dipakai
tetapi struktur nilai sosial budaya kita masih membatasi pemakaian kata ganti
tersebut.
Kata ganti persona ketiga merupakan kategori-sasi
rujukan pembicara kepada orang yang berada di luar tindak komunikasi. Dengan kata
lain bentuk kata ganti persona ketiga merujuk orang yang tidak berada baik pada
pihak pembicara maupun lawan bicara. Bentuk kata ganti persona ketiga dalam
bahasa Indonesia ada dua, yaitu bentuk tunggal dan bentuk jamak. Bentuk tunggal
pronomina persona ketiga mempunyai dua bentuk, yaitu ia dan dia yang mempunyai
variasi -nya. Bentuk pronomina persona ketiga jamak adalah mereka Di samping arti jamaknya,
bentuk mereka berbeda dengan
kata ganti persona ketiga tunggal dalam acuannya. Pada umumnya bentuk pronomina
persona ketiga hanya untuk merujuk insani. Akan tetapi pada karya sastra,
bentuk mereka kadang-kadang dipakai untuk merujuk binatang atau benda yang
dianggap bemyawa. Bentuk pronomina persona ketiga jamak ini tidak mempunyai variasi
bentuk, sehingga dalam posisi manapun hanya bentuk itu yang dipergunakan.
Penggunaan bentuk persona ini digunakan untuk hubungan yang netral, artinya
tidak digunakan untuk lebih menghormati atau pun sebaliknya.
Kata
ganti persona ketiga selain merujuk pada orang ketiga juga kemungkinannya
merujuk pada persona pertama dan persona kedua. Adanya Kemungkinan rujukan lain
merupakan akibat adanya perbedaan konteks penuturan.
Contoh
ketiga macam deiksis personal di atas dalam kajian pragmatic adalah seperti
dalam dialog berikut ini.
Novi
: Liburan nanti kamu pergi kemana?
Septi
: Aku mau ke Sangata. Kalau kamu?
Novi
: Aku ke Sangata juga.
Danar:
Mereka semua liburan. Aku kesepian
deh (gumam Danar dalam hati).
Deiksis Tempat
Deiksis ini berkaitan dengan pemberian bentuk kepada
lokasi ruang dipandang dari lokasi pemeran dalam suatu peristiwa berbahasa.
Dilihat dari hubungan antara orang dan benda yang ditunjukkan, deiksis tempat
dibagi menjadi dua, yaitu jauh (distal) dan dekat (proksimal). Deiksis tempat
yang pertama menunjuk jarak yang jauh antara orang dan benda yang ditunjukkan seperti di sana, itu, dan
sebagainya. Deiksis tempat yang kedua menunjuk jarak yang dekat antara orang
dan benda yang ditunjukkan seperti di
sana, itu, dan sebagainya.
Akan tetapi, dalam mempertimbangkan deiksis tempat,
perlu diingat bahwa tempat, dari sudut pandang penutur, dapat ditetapkan baik
secara mental maupun fisik. Penutur yang untuk sementara waktu jauh dari rumah
mereka, akan sering terus memakai kata ‘di sini’ dengan maksud lokasi rumah
(jarak fisik), seolah-olah mereka masih ada di lokasi itu. Pernyataan ini
kadang-kadang dideskripsikan sebagai proyek deiksis dan kita lebih sering
memanfaatkan kemungkinan-kemungkinanya seperti kebanyakan teknologi yang
memungkinkan untuk memanipulasi tempat.
Dimungkinkan bahwa dasar deiksis tempat yang benar
sesungguhnya adalah jarak psikologis. Objek-objek kedekatan secara fisik akan
cenderung dipergunakan oleh penutur sebagai kedekatan secara psikologis. Juga
sesuatu yang jauh secara fisik secara umum akan diperlakukan sebagai jauh
secara psikologis (contoh: orang yang di sana itu). Akan tetapi penutur mungkin
juga bermaksud untuk menandai sesuatu
yang jauh secara psikologis ‘saya tidak menyukai itu’. Dalam analisis ini,
sepatah kata seperti ‘itu’ tidak memiliki arti yang pasti, tetapi kata ;itu;
ditanamkan dengan memiliki makna dalam konteks oleh seorang penutur.
Contoh deiksis tempat berikut ini.
Agus : Om, kapan kamu ke sini?
Joko : Liburan nanti. Kalo kamu kapan main ke sini?
Agus : ….
Deiksis Waktu
Deiksis
waktu menunjuk kepada pengungkapan jarak waktu dipandang dari waktu atau saat
suatu ungkapan dibuat oleh pembicara seperti sekarang, pada saat itu, kemarin,
besok dan lain sebagainya. Semua ungkapan tersebut tergantung pada pemahaman
penutur tentang pengetahuan waktu tutuan yang relevan. Jika waktu tuturan tidak
diketahui dari suatu catatan, ada ketidakjelasan dalam hal waktu, contoh
kembalilah satu jam lagi. Landasan psikologis
dari deiksis waktu tampaknya sama dengan deiksis tempat. Kejadian waktu
dapat diperlakukan sebagai yang bergerak ke penutur atau sebaliknya. Contoh : Sekarang bayar besok gratis.
Deiksis Wacana
Deiksis
wacana merupakan deiksis yang mengacu apa yang terdapat dalam wacana.
Berdasarkan posisi antensendennya, deiksis wacana dibagi dua,yaitu anafora dan
katafora. Deiksis katafoa merupakan deiksis yang mengacu apa yang telah disebut
contoh : Dedi adalah adik saya.
Sekolahnya di Malang. Sedangkan
deiksis anafora adalah deiksis yang mengacu
yang akan disebut contoh: Dengan keterampilannya dalam berbicara, Desi
disuruh menjadi MC.
Deiksis Sosial
Deiksis
sosial mengungkapkan perbedaan-perbedaan kemasyarakatan yang terdapat antara para partisispan yang
dalam peristiwa berbahasa, tertutama yang berhubungan dengan aspek budayanya.
Adanya deiksis ini menyebabkan kesopanan atau etiket berbahasa. Misalnya suatu
masyarakat menganggap kata ‘dancok’ adalah perkataan kasar. Tapi, menurut
masyarakat lain, kata tersebut adalah biasa.
Kaitannya dalam kehidupan sehari-hari, yang perlu diperhatikan adalah
bagaimana menggunakan semua deiksis tersebut dengan tepat. Dengan perkataan
lain, dalam suatu peristiwa berbahasa pemakai bahasa dituntut dapat menggunakan
semua deiksis sesuai dengan kadar sosial dan santun berbahasa dengan tepat.
D. Simpulan
Bedasarkan
pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa deiksis adalah bentuk bahasa yang
referennya berubah-ubah. Berdasarkan antensendennya, deiksis dibagi menjadi
lima, yaitu deiksis persona, deiksis tempat,
deiksis waktu, deiksis wacana, dan deiksis sosial. Dalam suatu peristiwa berbahasa pemakai bahasa
dituntut dapat menggunakan semua deiksis sesuai dengan kadar sosial dan santun
berbahasa dengan tepat.
Bahan Bacaan
Depdikbud. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Bahasa.
Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: UI
Press.
Samsuri. 1987. Analisis
Bahasa. Jakarta: Erlangga.
Yule, George. 2009. Pragmatik. Jakarta: Pustaka Pelajar.
3 komentar:
Makasih atas informasinya, jangan lupa baca blogku juga yah di Melati Merah... salam kenal, aku Rami... ^^
Terima kasih atas berbagi ilmunya Pak 🙏😁
Terima kasih ilmunya sangat bermanfaat, bisa memahami deiksis
Posting Komentar