KONSTRIBUSI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA PADA PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA
Selasa, 29 November 2011
1
komentar
KONSTRIBUSI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA PADA PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA
Oleh: Joko yulianto
Abstrak
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi untuk Negara Indonesia, sebagai konsekwensi kalau bahasa Indonesia dijadikan bahasa resmi tentu setiap pertemuan resmi, surat-menyurat, dan seluruh buku yang dicetak untuk peroses belajar-mengajar harus memakai bahasa Indonesia yang baik dan benar. Setiap perubahan sosial pasti di dahului oleh peroses transformasi informasi dan transformasi informasi itu pasti mengunakan bahasa, baik itu bahasa ujar maupun bahasa tulis. Bahasa Indonesia mengajari kita tentang bagaimana kita menulis dengan benar, mengucap dengan benar, dan berbicara/ berpidato dengan baik. Sehingga pada ahirnya nanti bahasa Indonesia akan membentuk karakter tersendiri bagi anak didik.
Pendahuluan
Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumberdaya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam mengembangkan sumber daya manusia tersebut,
Sistem Pendidikan Nasional, menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang, SMA, SMP sampai SD harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen olehsoft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan.
Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.
Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat. Lalu bagaimana dengan pendidikan bahasa Indonesia, apakah mampu mengubah karakter masyarakat Indonesia atau tidak? Bahasa itu adalah hal yang sangat fital dalam mengubah setiap masyarakat umum maupun pribadi, karena awal dari penyebab suatu perubahan itu pasti karena hubungan komunikasi antar indifidu atau kelompok, dan komunikasi itu adalah bahasa, tentu bahasa itu adalah hal yang sangat penting dalam perubahan.
Peran bahasa Indonesia sebagai pembentuk karakter bangsa
Menurut Yulianto (2007), prinsip pembelajaran bahasa Indonesia secara umum adalah: 1. pembelajaran bahasa Indonesia harus diarahkan untuk lebih banyak memberikan porsi kepada pelatihan berbahasa yang nyata, 2) tata bahasa diajarkan hanya untuk memberikan kesalahan ujar siswa, 3) keterampilan berbahasa nyata menjadi tujuan utama, 4) membaca sebagai alat untuk belajar, 5) menulis dan berbicara sebagai alat berekspresi dan menyampaikan gagasan, 6) kelas menjadi tempat berlatih menulis, membaca, dan berbicara dalam bahasa Indonesia 7) penekanan pengajaran sastra pada membaca sebanyak-banyaknya sastra Indonesia, 8) pengajaran kosa kata diarahkan untuk menambah kosa kata siswa.
Berdasarkan hal itu, nampak bahwa pembelajaran bahasa Indonesia adalah banyak berlatih di kelas dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan situasi, baik yang nyata ”senyatanya’ melalui diskusi maupun yang nyata ”tidak senyatanya” melalui kegiatan bermain peran. Melalui diskusi dan bermain peran dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, siswa dapat melakukan olah rasa, olah batin, dan olah budi secara intens sehingga secara tidak langsung siswa memiliki perilaku dan kebiasaan positif melalui proses apresiasi dan berkreasi melalui karya sastra. Melalui karya sastra, siswa juga akan mendapatkan pengalaman baru dan unik yang belum tentu bisa mereka dapatkan dalam kehidupan nyata. Melalui karya sastra siswa bisa belajar dan bergaul secara langsung tentang berbagai karakter mulia. Cara orang-orang tua kita dahulu menanamkan nilai-nilai luhur melalui dongeng tentang tokoh-tokoh yang memiliki karakter kuat mampu terserap ke dalam alam logika dan hati nurani anak hingga terbawa sampai dewasa. Sikap toleran, moderat, rendah hati, kreatif, empati, dan nilai-nilai budi pekerti lainnya sangat kuat mengakar ke dalam memori anak dan diaplikasikanke dalam kehidupannya sehari-hari. Hal ini menunjukkan bahwa melalui pendidikan bahasa Indonesia kita dapat membentuk karakter bangsa. Dari segi fungsinya bahasa Indonesia dapat di bagi menjadi:
1. sebagai bahasa tulis
a. Bahasa Indonesia sebagai bahasa yang ilmiah
Bahasa Indonesia sebagai bahasa yang ilmiah sangat memepengaruhi kemampuan bahasa masyarakat Indonesia, karena karya ilmiah itu digunakan untuk penulisan laporan penelitian, menuliskan ide, menulis buku dan lainnya. Dan itusemua adalah model-model tulisan yang dibahas dan di pelajari oleh siswa-siswa seluruh Indonesia. Tentu ketika bahasa Indonesia dipakai untuk menulis laporan ilmiah dan sebagai konsumsi keseharian tentu akan mempengaruhi kebahasaan dan gaya tulisan masyarakat tersebut. bahasa ilmiah mementingkan bahasa tulisan untuk merekam, menuis dan melaporkan penelitian di bidang ilmu dan teknologi, dan untuk komunikasi ilmiah pada umunya.
b. Bahasa Indonesia sebagai bahasa media masa
Sudah di singgung di depan, bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional mempunyai fungsi utama sebagai alat pemersatu. Disamping itu bagi kita, bahasa Indonesia merupakan penanda identitas dan karakter suatu bangsa. Siaran media masa yang semakin maju mulai dari media cetak sampai ke media elektronik memiliki pengaruh yang sangat besarbagi kemajuan bangsa serta dapat mempengaruhi karakter dan sikap masyarakat Indonesia. Dari segi positif media dapat:
1. Memberikan informasi tentang berbagai peristiwa dan situasi baik dalam negri maupun luar negri.
2. Menyebarkan ilmu pengetahuan, mendoktrin secara tidak langsung.
3. Berperan untuk membimbing masyarakat(contoh tips memelihara esehatan, trik dan tip berbisnis dan tips bercocok tanam yang baik) dan yang terahir
4. Sebagai sarana hiburan.
(peran bahasa dalam pengembangan wawasan budaya) bahasa indonesia di Negara ini memiliki multifungsi,. Ia diakui sebagai bahasa Negara, sebagai bahasa kebangsaan, bahasa resmi dan juga sebagai bahasa kebudayaan.
Dalam fungsinya sebagai media pendidikan, media massa berkewajiban memasyarakatkan bahasa Indonesia. Media harus menjadi teladan dan pelopor dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Namun, dalam praktiknya, banyak yang mengingkari. Tidak semua media cetak punya acuan dalam pembakuan kosa kata dan istilah. Ketidakseragaman istilah dapat merusak bahasa Indonesia.
Mencermati data Biro Pusat Statistik (2005), penduduk usia 15-24 tahun sebanyak 40,224 juta, membuat pengelola media massa menjadikan remaja/pemuda sebagai target pembaca dan konsumen iklan. Untuk memikat mereka, bahasa yang digunakan disesuaikan dengan dunia mereka. C enderung menjauh dari bahasa Indonesia baku. Misalnya istilah, ungkapan, kata yang digunakan pasti yang sedang ngetren , katanya. Jadi, ada kesengajaan untuk menggunakan bahasa yang tidak baku agar sesuai dengan target pembaca muda.
Posisi bahasa pers harus berinduk dan merujuk pada bahasa Indonesia standar/baku. Ia juga guru bahasa bagi masyarakat. Pelopor penyerapan bahasa asing dan daerah serta pembakuannya ke dalam bahasa Indonesia. "Namun, bahasa pers juga bisa sebag ai perusak bahasa Indonesia, karena keliaran pengingkarannya terhadap sistem pembakuan bahasa Indonesia," katanya.
Ahmadun sempat menampilkan sejumlah kata, yang di banyak media masih belum seragam memakainya. Bahkan, kesalahan yang terjadi jumlahnya jutaan. Seperti kata salat dipakai 270.000 kali, shalat (1.380.000), sholat (1.139.000). Ustaz (2.470.000), ustad (3.110.000), dan kata ustadz (681.000). Wudu (9.340), wudlu (59.300), wudhu (151.000). Kata gender (924.000) dan jender (76.000). Obyek (1.840.000), objek (1.890.000), obyektif (290.000), objektif (432.000). Iven (290.000), even (6.650.000) dan kata event digunakan 6.650.000 kali.
kalau media massa memakai bahasa yang tidak sesuai dengan tatanan bahasa seperti ini dan tulisannya dikonsumsi oleh khalayak ramai lalu bagaimana kondisi kemampuan anak didik kita?.
Menurut Ahmadun, terjadinya perbedaan penggunaan kata itu karena perbedaan pedoman pembentukan istilah atau penyerapan bahasa asing Pusat Bahasa dan kalangan pers. Perbedaan cita rasa yang hendak dilekatkan pada istilah asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia. Anggapan dari kalangan pers bahwa pusat bahasa lamban dalam menyerap dan membakukan bahasa asing ke bahasa Indonesia, sehingga kalangan pers melakukan pembakuan secepatnya dengan cara masing-masing yang berbeda.
"Sedang Roy Suryo mengkhawatirkan bahasa tulis di telepon selular (SMS, EMS, MMN, 3G), yang penggunanya di Indonesia mencapai 116 juta. Telepon selular luar biasa merusak bahasa Indonesia. Begitu juga pengguna internet, juga banyak yang merusak bahasa," katanya.
Kepala Pusat Bahasa Depdiknas Dendy Sugono mengatakan, sebenarnya pembakuan istilah dan pengindonesiaan kata dan ungkapan asing sudah lama dilakukan oleh Pusat Bahasa, namun kalangan pers jarang menggunakannya.
"Ada 405.000 kata dan ungkapan asing dalam berbagai bidang ilmu yang sudah dibakukan dan ada 182.000 dalam proses penyelarasan. Walaupun telah dilakukan pengembangan per istilahan, masyarakat masih merasakan banyak kata bahasa asing yang belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia, terutama kata umum yang banyak digunakan dalam komunikasi bidang teknologi dan perniagaan," jelasnya.
Menurut Dendy, sejalan dengan laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pemanfaatan bahasa asing, khususnya bahasa Inggris, untuk memperkaya bahasa Indonesia, tetap diperlukan sebagai sumber kata dan ungkapan yang emuat konsep baru. Namun, penyerapan kata asing yang sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia sebaiknya dihindari. Untuk menopang upaya tersebut, Pusat Bahasa pata tahun 1995 telah menerbitkan buku Pedoman Pengindonesiaan Nama dan Kata Asing.
Ahmadun sempat menampilkan sejumlah kata, yang di banyak media masih belum seragam memakainya. Bahkan, kesalahan yang terjadi jumlahnya jutaan. Seperti kata salat dipakai 270.000 kali, shalat (1.380.000), sholat (1.139.000). Ustaz (2.470.000), ustad (3.110.000), dan kata ustadz (681.000). Wudu (9.340), wudlu (59.300), wudhu (151.000). Kata gender (924.000) dan jender (76.000). Obyek (1.840.000), objek (1.890.000), obyektif (290.000), objektif (432.000). Iven (290.000), even (6.650.000) dan kata event digunakan 6.650.000 kali.
kalau media massa memakai bahasa yang tidak sesuai dengan tatanan bahasa seperti ini dan tulisannya dikonsumsi oleh khalayak ramai lalu bagaimana kondisi kemampuan anak didik kita?.
Menurut Ahmadun, terjadinya perbedaan penggunaan kata itu karena perbedaan pedoman pembentukan istilah atau penyerapan bahasa asing Pusat Bahasa dan kalangan pers. Perbedaan cita rasa yang hendak dilekatkan pada istilah asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia. Anggapan dari kalangan pers bahwa pusat bahasa lamban dalam menyerap dan membakukan bahasa asing ke bahasa Indonesia, sehingga kalangan pers melakukan pembakuan secepatnya dengan cara masing-masing yang berbeda.
"Sedang Roy Suryo mengkhawatirkan bahasa tulis di telepon selular (SMS, EMS, MMN, 3G), yang penggunanya di Indonesia mencapai 116 juta. Telepon selular luar biasa merusak bahasa Indonesia. Begitu juga pengguna internet, juga banyak yang merusak bahasa," katanya.
Kepala Pusat Bahasa Depdiknas Dendy Sugono mengatakan, sebenarnya pembakuan istilah dan pengindonesiaan kata dan ungkapan asing sudah lama dilakukan oleh Pusat Bahasa, namun kalangan pers jarang menggunakannya.
"Ada 405.000 kata dan ungkapan asing dalam berbagai bidang ilmu yang sudah dibakukan dan ada 182.000 dalam proses penyelarasan. Walaupun telah dilakukan pengembangan per istilahan, masyarakat masih merasakan banyak kata bahasa asing yang belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia, terutama kata umum yang banyak digunakan dalam komunikasi bidang teknologi dan perniagaan," jelasnya.
Menurut Dendy, sejalan dengan laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pemanfaatan bahasa asing, khususnya bahasa Inggris, untuk memperkaya bahasa Indonesia, tetap diperlukan sebagai sumber kata dan ungkapan yang emuat konsep baru. Namun, penyerapan kata asing yang sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia sebaiknya dihindari. Untuk menopang upaya tersebut, Pusat Bahasa pata tahun 1995 telah menerbitkan buku Pedoman Pengindonesiaan Nama dan Kata Asing.
c. Bahasa Indonesia sebagai bahasa seni
Sebagai bahasa kebudayaan, bahasa Indonesia berfungsi di bidang kesenian, ilmu dan teknologi. Dalam bidang seni, yang utama tentu saja adalah seni sastra yang didalaamnya dapat kita masukkan prosa, puisi dan drama. Dalam lingkup drama bisa juga kita masukkan filem dan seni pedalangan.dapat pula kita masukkan sebagai seni suara/vocal. Bahasa yang tidak mengenal kesusastraan dinilai sebagai bahasa yang belum maju dan tidak bernilai tinggi.
2. Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi
Fungsi utama dari bahasa adalah sebagai alat komunikasi komunikasi ialah penyampaian pesan atau makna oleh seseorang kepada orang lain. Keterikatan dan keterkaitan bahasa dengan manusia menyebabkan bahasa tidak tetap dan selalu berubah seiring perubahan kegaiatan manusia dalam kehidupannya di masyarakat. Perubahan bahasa dapat terjadi bukan hanya berupa pengembangan dan perluasan, melainkan berupa kemunduran sejalan dengan perubahan yang dialami masyarakat. Fungsi Bahasa sebagai alat komunikasi bisa di bedakan menjadi :
a. untuk mentranformasi ilmu-ilmu pengetahuan
Kini bahasa Indonesia selain dgunakan sebagai bahasa komunikasi sehari-hari oleh masyarakat indonesia baik dalam hal formal maupun non formal, bahasa Indonesia juga digunakan sebagai bahasa pengantar dalam kajian-kajian ilmiah di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Banyak bahasa-bahasa ilmiah yang kemudian diserap dan di bahasa Indonesia-kan dengan tujuan bahasa Indonesia dapat diterima oleh masyarakat Indonesia sendiri sebagai media transfomasi ilmu pengetahuan dan teknologi demi terwujudya cita-cita Negara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
b. untuk berkomunikasi pada masyarakat
Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Ia mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa depan kita (Gorys Keraf, 1997 : 4). Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami oleh orang lain.
Pada saat kita menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, kita sudah memiliki tujuan tertentu. Kita ingin dipahami oleh orang lain. Kita ingin menyampaikan gagasan dan pemikiran yang dapat diterima oleh orang lain. Kita ingin membuat orang lain yakin terhadap pandangan kita. Kita ingin mempengaruhi orang lain. Lebih jauh lagi, kita ingin orang lain membeli atau menanggapi hasil pemikiran kita. Jadi, dalam hal ini pembaca atau pendengar atau khalayak sasaran menjadi perhatian utama kita. Kita menggunakan bahasa dengan memperhatikan kepentingan dan kebutuhan khalayak sasaran kita.
Kesimpulan
Bahasa Indonesia sebagai bahasa yang ilmiah sangat memepengaruhi kemampuan bahasa masyarakat Indonesia, karena karya ilmiah itu digunakan untuk penulisan laporan penelitian, menuliskan ide, menulis buku dan lainnya. Dan itusemua adalah model-model tulisan yang dibahas dan di pelajari oleh siswa, mahasiswa dan kalangan umum seluruh Indonesia yang akan mengubah dan menpengaruhi setiap pribadi pembacanya, dari proses mempelajari bahasa ilmiah itu akan membentuk karakter/ peribadi-pribadi yang mampu menuangkan ide-idenya kedalam bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Dalam fungsinya sebagai media pendidikan, media massa berkewajiban memasyarakatkan bahasa Indonesia. Media harus menjadi teladan dan pelopor dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, dengan begitu peran bahasa Indonesia bisa mengubah perilaku menulis dan berucap masyarakat. Karena kita akui atau tidak media masa mempengaruhi perilaku kita terutama yang paling kita rasakan pengaruh media dalam dunia fashion/model.
Daftar pustaka
Made Pidarta,1997. Landasan kependidikan “stimulus ilmu pendidikan bercorak Indonesia” PT RINEKA CIPTA, Jakarta.
Susilo sumowijoyo,gatot.2001. Pos Jaga Bahasa Indonesia. Unipres UNESA, Surabaya
Badudu, J.s. 1985. Cakrawala Bahasa Indonesia. PT gramedia, Jakarta.
Ibrahim,Idi subandy. 2007.kecerdasan komunikasi seni berkomunikasi kepada publik. Simbiosa Rekatama Media, Bandung.
pendidikan.infogue.com/ketidakseragaman_istilah_di_media_massa_merusak_bahasa_indonesia
FILSAFAT BAHASA
KONSTRIBUSI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA PADA PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA
Dosen pembimbing
Dr. Budinuryanta Yohanes
Oleh
Joko yulianto
PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
TAHUN AJARAN 2011/ 2012
1 komentar:
Terima kasih buat Artikel tentang Pendidikan Karakter yang cukup lengkap ini. Salam kenal dari admin Kabar Guruku
Posting Komentar